Kamis, 14 Januari 2016

KAKA ANGKATKU
Part 02
By: Aby ILham Anggara

--

"Selamat pagi anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru. Putra silahkan perkenalkan namamu!!" perintah Pak Bayu menyuruhku.

"Hai teman-teman perkenalkan nama saya Putra" ucapku singkat

"Gimana Putra ada lagi yang mau di sampaikan?" tanya Pak Bayu padaku

Aku hanya menggelengkan kepala.

"Baiklah kalo gitu kamu duduk di bangku yang nomor tiga ya Putra" ujar Pak Bayu memberitahuku

"Iya Pak"

Aku berjalan menuju bangku yang di maksud oleh Pak Bayu, dan setelah aku sampai di meja tersebut murid yang duduk di sebelah bangku kosong ini menyambutku dengan senyuman. Aku duduk dan menaruh tas ku di laci meja.

"Hay perkenalkan, saya Putra" ucapku sambil menyodorkan tangan kananku mengajaknya bersalaman.

"Hay juga, nama aku Tio" ucapnya dan membalas uluran tanganku dan kami bersalaman.

"Baiklah anak-anak silahlan buka buku halaman 24 kerjakan tugas 1 sampai 15!!" perintah Pak Bayu dengan suara lantang

Aku hanya diam karna aku belum punya buku tersebut.

"Putra, ini buku nya kerjakan sesuai yang bapak jelaskan barusan ya!!"

Akupun berjalan kemeja Pak Bayu untuk mengambil buku tersebut dan kembali membuka halaman yang di maksud Pak Bayu barusan

"Baik pak" jawabku singkat.

Hari ini adalah hari pertama aku sekolah di sekolah baru ini, semoga saja semua murid disini semua baik denganku.

Setelah menyelesaikan tugas dari Pak Bayu aku melihat murid lain masih pada sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing, bahkan kulihat Tio juga belum selesai mengerjakanya

Tak lama kudengar bel tanda jam istirahatpun berbunyi. Murid-murid yang lain pada berebutan keluar kelas sedangkan aku masih saja tenang dikursiku lagian aku kan belum banyak kenalan disekolah ini. Kulihat Tio masih sibuk memasukan buku kedalam tasnya.

"Hey ko diam dikelas saja?" tanya seorang murid yang datang dari arah belakangku.

"Bingung soalnya masih belum banyak kenalan" jawabku datar

"Eh Put, yuk keluar" ajak Tio yang baru saja selesai membereskan bukunya

"Yuk Tio"

"Eh perkenalkan namaku Putra" akupun menyodorkan tanganku dan tersenyum

"Aku Edo" ucapnya yang membalas senyumku

"Yuk Do, kita keluar!! Ajakku yang tak mau kehilangan teman baruku.

Di jam istirahat ini aku menghabiskan waktu dengan kedua teman baruku. Mereka orangnya asik diajak berteman juga gak ngebosenin. Aku senang karna di hari pertamaku sekolah hari kulewati dengan lancar.

* * *

Saat ini aku sudah pulang sekolah lebih dulu, sedangkan kak Bima belum pulang. Sepi banget di rumah sebesar ini cuma ada bik Tati dan mang Didin.

Aku berjalan menuju dapur ingin melihat sedang apa bik Tati. Karna aku juga bosan tak ada teman ngobrol.

"Bik!" ucapku yang baru saja mengagetkanya

"Ya ampun den kalo manggil pelan-pelan saja atuh, bibik kan kaget" ucapnya memberi peringatan padaku

"Bibik lagi apa sih, abisnya serius amat si bik" ucapku yang ingin tau aktivtasnya

"Ini den bibik lagi membersihkan gucci kesayangan nyonya yang di beli dari luar negri, kalo gak di bersihin nyonya bakalan ngomel-ngomel sama bibik" ucapnya sambil muncungin mulut

"Ha ha bibik lucu kalo monyong gitu. Oya bik Mama kemana ya kok jam segini belum pulang?"

"Tuan dan nyonya kerja di kantor, mereka sore nanti baru pulang den"

"Oh.. Gitu ya bik, uda ah bik Putra mau kembali ke kamar ya bik" ucapku yang sambil berlalu meninggalkan bibi di dapur

Aku kembali kekamarku dan aku menyalkan TV karna aku bete gak ada hiburan. Aku mencari acara upin dan ipin acara favoritku.

"Wah wah wah, ada tuan besar ni di kamar gue" Ucap kak Bima baru yang pulang sekolah

"Apaan sih kakak orang cuma nonton TV doang"

"Eh gembel siapa yang suruh panggil kaka ha?" suara kak Bima ketus

Aku segera mematikan TV dan keluar kamar. Aku malas kalo musti ribut terus sama Kak Bima, lagian kak Bima rese amat sih masa cuma nonton TV doang gak boleh.

Aku keluar kamar mencoba cari hiburan habisnya kalo cuma bengong saja gak ada kegiatan kan bikin boring juga.

Saat ini aku di halaman samping rumah, aku sedang melihat mang Didin yang sedang mencuci mobil disana. Aku mencoba mendekati beliau.

"Mang nyuci mobil ya?" tanya ku ramah saat baru saja menghampirinya

"biasa tugas mamang mah yang beginian Den" jawab mang Didin yang masih sibuk menyuci mobil yang berwarna hitam.

"Eh mamang rajin amat ya sampe bersih gitu ngerjainya"

"Ah aden bisa saja kan ini udah biasa den"

Ah lama-lama disini juga bikin bete gak asik ah mang Didin di ajak ngobrol mending aku masuk ngerjain tugas sekolah.

Aku kembali kekamarku. Sesampai di depan pintu yang sedikit terbuka aku ragu mau memegang gagang pintu. Aku takut kak Bima masih marah denganku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan memberanikan diri masuk kedalam kamar, kulihat kak Bima sedang asik main PS sendirian.

"Dari mana lo?" tanya kak Bima padaku saat aku baru masuk dan melaluinya

"Dari depan kak" jawabku sopan

"Awas lo kluyuran jauh-jauh ada apa-apa gue yang kena marah Mama" pesannya yang tak menolehku karna masih asik dengan PS nya.

"Iya kak, gak bakalan jauh-jauh kok kak, lagian kan Putra belum kenal daerah sini"

Kak Bimapun tak menlanjutkan percakapanya lagi, aku langsung berlalu dan mengambil tasku dan menuju ke meja belajar. Aku mengerjakan soal dengan telitih karna aku tak mau ada yang salah sedikitpun.

Satu jam tlah berlalu akupun tlah usai mengerjakan tugas-tugasku. Rasa kantuk sangat melandaku, akhirnya setelah membereskan bukuku akupun tidur di sebelah kak Bima yang sudah tertidur dari tadi.

* * *

"Den, bangun den sudah sore" suara seorang perempuan sambil menggoyangkan pundakku.

Aku ternbangun dan kuliaht kak Bima masih saja tidur.

"Bik sekalian minta tolong banguni kak Bima dong baik, Putra takut mau ngebanguninya" ucapku memohon sama bik Tati

"Ealah den den sama kakaknya saja kok takut piye toh?"

"Ah bibik mulai deh bawel"

Bik Tatipun langsung membangunkan kak Bima, sedangkan aku langsung menyambar handuk yang berwarna biru dan menuju kamar mandi

* * *

"Gimana hari pertama kamu sekolah Put?" tanya mama saat sedang makan bersama di meja makan

"Baik ma, Putra juga udah punya dua temen baru di sekolah" jawabku penuh semangat

"Iya kah?" Suara mama antusias

Kulihat kak Bima hanya manyun-manyun tak jelas, aku tak tau kenapa kak Bima sangat benci padaku. Namun ia masih saja melankutkan aktivitas makannya.

"Oya Put Papa ada hadiah buat kamu" suara papa tba-tiba ikut bicara

"Wah memangnya Putra ulang tahun apa pa ko di kasih hadiah segala?" tayanyaku bingung

"Ya sudah selesaikan dulu saja makannya, nanti papa tunggu di ruang tengah ya!!"

"Iya pa"

Aku bersegera menghabiskan makananku aku sudah tak sabar ingin tau hadiah apa yang akan papa berikan padaku. Kulihat Kak Bima makan seperti orang yang tak lapar saja hanya dibuat mainan, tapi yasudahlah aku tak mungkin menegurnya yang ada aku yang bakalan di omeli olehnya.

Setelah selesai makan aku segera ke ruang tengah karna papa sudah menunggu di sana. Kulihat mama dan papa sedang asik nonton acara di tv entah acara apa yang mereka saksikan tapi tampaknya acara di tv sangat menghibur mereka.

"Sudah selesai Put" tanya papa saat aku baru saja datang dan duduk di sofa di hadapan mereka

"Udah pa" jawabku singkat.

"Nih Put hadiah buat kamu" ujar papa sambil menyodorkan kotak putih padaku

"Apa ini pa?" tanyaku saat aku baru saja menerimanya

"Di buka saja sekarang ya sayang biar kamu gak penasaran" perintah mama padaku

Aku sudah tak sabar ingin melihatnya kubuka kotak berwarna putih dan ternyata
"Wah hp baru" ucapku riang senyumku pun mengembang seketika

"Iya Put itu biar kamu bisa berkomunikasi dengan teman-teman kamu di sekolah" ucap papa sambil tersenyum

"Wah makasih ya Ma, Pa hp ini pasti mahal, putra seneng banget pokonya"

"Pa! Putra di beliin hp baru Bima kok gak di beliin sih" protes kak Bima dengan nada tinggi saat ia baru saja datang menghampiri kami di ruang tengah.

"Sayang... kan hp kamu baru beli dua minggu yang lalu? Lagiah hp putra tak semahal hp kamu kok" ucap mama menengankan kak Bima

"Ah.. Mama dan pap selalu tak adil, gue benci ama lo Put" ucap kak Bima menunjukku dan pergi meninggalkan kami

Aku hanya nenundukan kepala, aku merasa bersalah. Sejak kehadiranku Kak Bima sering bertengkar sama mama dan papa.

"Sudah omongan kaka mu barusan jangan difikirkan ya Put"

* * *

"Kak!" kuberanikan memanggil kak Bima yang sedang sibuk memaikan ponselnya di atas ranjang, sedangkan aku masih berdiri di pintu kamar dengan tatapn teduh.

Kak Bima tak menjawab dan tak menoleh ke arahku namun iya memberhentikan aktivitas memainkan ponselnya. Mungkin ia sedang menunggu kata-kata lanjutanku.
Aku berjalan pelan sangat hati-hati dan duduk di sebelah kak Bima, namun kak Bima masih saja diam seribu bahasa dengan raut muka yang tak bisa aku artikan.

"Kak, maafin Putra ya kak, Putra gak bermaksud buat kaka marah, tapi kalo kaka mau hp ini boleh ko nih buat kaka" ucapku sambil menyodorkan hp ke arah kak Bima.

"Denger ya Put gue gak butuh hp lo, dan gue gak butuh belas kasih dari lo, ngerti!!"

"Tapi kak -."

"Diam" kak Bima memotong pembicaraanku yang belum selesai

Aku hanya diam dan menundukan kepala, aku tau kak Bima sangat marah saat ini tapi aku sangat merasa bersalah karna ini semua gara-gara aku

* * *

Jam istirahat sekolah

"Put, Yo kantin yuk?" ajak Edo saat ku masih membereskan buku ke dalam tas.

"Do, kamu duluan saja ya sama Tio aku mau ketoilet dulu, nanti aku bakalan nyusul kalian kok"

Tanpa menunggu jawaban mereka aku langsung pergi meninggalkan kelas karna perutku terasa sangat sakit sekali. Aku mempercepat langkahku dan di saat aku memutar gagang pintu ada seseorang yang memukul punggung dan wajah ku.

"Aw. " aku terjatuh dan merasakan sakit yang amat sangat kurasakan. Penglihatankupun kunang-kunang tak jelas seketika.

"He anak gembel, lo kan anak baru di sini jangan macem-macem ya!!" suara Aji memperingatiku dan memegang kera bajuku.

"Memangnya aku salah apa Ji?" tanyaku polos. Saat ini Aji masih memegang kerah bajuku aku sangat takut bila ia akan memukulku lagi

"Eh pake nanya lagi, lo jadi anak gak usah sok kepinteran deh. Gara-gara ada lo nilai gue jadi turun tau" Aji menatapku dengan tatapan sinis

"Maaf Ji kalo itu -"

"Woi lepasin gak!!" ancam kak Bima yang sekaligus memotong pembicaraanku yang belum selesai.

Aji dan teman-temannya seketika kabur ketakutan, sedangkan aku masih duduk bersandar di depan pintu toilet.

"Kak Bima tolong aku" ucapku lirih karna menahan sakit.

Kak Bima hanya diam mematung menatapku dengan tatapan kosong dengan hanya berapa detik ia membalikkan tubuhnya dan meninggalkanku di depan toilet. Aku berusaha berdiri walau rasa sakit masih bersarang di pipiku.

* * *

"Aduh den Putra kenapa atuh den mukanya biru-biru gitu" tanya bik Tati panik saat aku mau makan di dapur

"Em.. Gak papa kok bik, cuma abis jatuh tadi pas di sekolah" ucapku berbohong

"Aduh ko sampe gitu si den, sini bibi bantu obati ya atuh" bibik langsung sibuk mencari kotak obat-obatan. Sedangkan aku masih duduk di kursi meja makan.

"Aw sakit pelan-pelan dong bik" protesku saat bik Tati membersihlan luka di wajahku.

"Iya den ini juga bibi udah pelan-pelan atuh, tahan bentar ya kalo gak di obati teh kumaha atuh den"

"Udah ah bik sakit tau, lagipula Putra udah lapernih mau makan"

"Sabar atuh den sikit lagi juga selesai ini teh"

Aku hanya bisa pasrah saat bik Tati memaksa mengobati lukaku. Namun bik Tati sangat rajin dan penyayang aku di anggap seperti anaknya sendiri, ah jadi kangen sama mama.

* * *

Saat ini aku mama dan papa sedang nonoton tv di ruang tengah. Walau sebenarnya aku tak suka dengan acara di tv yang sedang mereka tonton, tapi aku senang bisa bersama dengan beliau. Mama dan papa tertawa saat ada adegan lucu yang ia lihat di tv kelihatanya acara komedi ini sangat menghibur mereka. Namun saat tertawa sesekali mama dan papa menoleh kearahku.

"Lah Put muka kamu kenapa kok babak gitu?" tanya mama panik.

"Em.. Ini mah tadi di sekolah-"

"Bima..!!" teriak mama memanggil kak Bima yang entah saat ini berada di mana.

"Apa sih ma treak-treak" protes kak Bima yang baru saja sampai di ruang tengah.

"Bima kamu duduk!!" perintah papa dengan nada tegas. Kak Bima hanya bisa nurut dengan kata-kata papa barusan dengan berat ia melangkahkan kaki dan duduk di sebelahku.

"Bima kan papa sudah bilang jaga adik kamu di sekolah! Tapi kenapa mukanya bisa babak belur begini?" tanya papa kesal

"Ya mana Bima tau lah pa, tanya saja langsung sama si Putra mungkin memang dia kali yang buat masalah di sekolah, makanya di hajar sama temanya"

"Sudah ma, pa jangan bertengkar ini memang salah Putra kok. Aji memukul Putra karna beliau tak teriama nilainya di sekolah tersaingi oleh Putra, sebelum Putra sekolah di sekolah itu Aji selalu memimpin nilai diantara murid-murid lain, tapi sejak kehadiran Putra, Putra lah yang selalu paling besar nilainya oleh karna itu Aji tak terima dan dia mukul dan ancam Putra pa" jelasku ke mama dan papa.

"Wah ini gak bisa di biarkan, ini harus dilaporkan kekepala sekolah" ucap papa emosi.

"Sudah pa jangan ya pa, Putra gak papa kok pa". "Pokonya kalo sampe kejadian ini terulang lagi papa gak akan tinggal diam"

"Sudah pa jangan emosi gitu takut asma papa kambuh lagi nanti, oya Bim tolong tebusin obat papa di apotik ya, soalnya obat papa udah habis" perintah mama ke kak Bima

"Aku ikut ya kak" waduh kok aku berani ya bilang gitu ke kak Bima, aduh yang ada ini mah menimbulkan masalah baru.

"Eh mau ngapain sih lo ikut?" tanya kak Bima sinis.

"Udah Bim gak papa Putra ikut mungkin dia juga jenuh di rumah mulu" bela mama padaku. Yes mama baik deh ngertiin Putra banget ucapku dalam hati. Kak bima diam dan tak menjawab omongan mama.

* * *

Aku jalan saja mengekor di belakan kak Bima dan aku senang sekali akhirnya bisa melihat pemandangan indah di malam hari. Aku duduk di sebelah kiri kak Bima, kulihat kak Bima sangant fokus mengendarai mobilnya. Di dalam mobil ini sangat hening sekali tak ada obrolan antara aku dan kak Bima. Setelah 30 menit aku dan kak Bima sampai di sebuah apotik besar di kota ini, kak Bima segara mencari parkir dan memarkirkan mobilnya.

"Udah sampe ayo turun!!" perintah kak Bima padaku. Aku hanya mengikuti saja perintahnya dan turun dari mobil.

Saat ini kak Bima langsung menebus obat papa, sedangkan aku duduk di kursi panjang di depan apotik. Kulihat kak Bima sedang antri karan apotik disini cukup ramai. Karna kupikir masih lama aku mengeluarkan ponselku dan menyalakanya. Ya walau aku tak mengerti tapi aku ingin belajar cara memainkanya.

"Woi ayo pulang!!" ucap kak Bima setengah teriak. Kuliahat kak Bima sudah hampir sampai di pintu mobilnya. Aku segera berlari ringan menuju kak Bima karna aku takut di tingggal, namun Aw." aku terjatu saat tali sepatuku yang lepas terinjak oleh kaki lainku

"Kakak tunggu" ucapku manja. "Apaan sih lo manja amat jadi anak ayo cepat!!". Kulihat kak Bima hanya diam mematung tanpa berniat sedikitpun menolongku. Aku bergegas bangun dan berjalan sedikit pincang ke arah kak Bima.

"Woi Bim ngapain lo di sini?" tanya seorang pemuda yang baru saja menghampiri kami. Ku tapsir dia sih sepertinya seusia dengan kak Bima, mungkin temanya kali.

"Hei bro, ini gue abis nebus obat buat bokap gue, lah lo ngapain di sini?" tanya kak Bima ramah.

"Gue juga mau nebus obat buat sepupu gue yang baru kecelakaan kemaren. Oya Bim ini siapa kenalin dong sama gue, dia cakep banget manis lagi" ucap pemuda itu yang saat ini tersenyum padaku.

"Ah gak penting, lagian ngapain lo mau kenal ama dia?".

"Ah lo Bin pelit amat sama sahabat sendiri juga" protes pemuda itu.

"Hai kenalin gue Davis, lo siapa?" ucapnya sambil mengulurkan tangan kepadaku. Aku menoleh ke kak Bima sepertinya kak Bima gak suka melihat tingkah kak Davis kepadaku. Dengan ragu aku membalas jabatan tangan kak Davis. "Aku Putra kak" jawabku singkat.

"Eh apaan sih salaman lama amat" lerai kak Bima dan memisahkan tanganku dan kak Davis.

"Lo kenapa si Bim sinis amat gak biasa-biasanya kek gini?" tanya kak Davis bingung.

"Uda ah gue mau pulang, bokap gue udah nungguin obat ini di rumah. Putra ayo cepat masuk!!" perintah kak Bima kepadaku. Akupun masuk ke mobil lebih dulu sedangkan kan Bima menyusulku.

* * *

Pagi ini aku bangun sangat pagi, kurasaka pipiku masih terasa sakit saat ku sentuh. Aku melihat ke kak Bima yang masih tertidur pulas. Aku pun langsung menuju kamar mandi.

Selesai mandi aku langsung memakai seragam sekolahku dan ku lihat sekali lagi kearah kak bima. Kasihan beliau gara-gara aku kak Bimq jadi sering kena marah oleh papa dan mama.

* * *

"Loh ma Kak Bima mana, kok tumben gak ikut sarapan bareng?" tanyaku bingung.

"Kakak kamu lagi kurang sehat Put jadi hari ini gak masuk sekolah" jelas mama padaku. Aku memperlambat mengunyahku merasa kaget saja padahal kan tadi malam kak Bima baik-baik saja.

"Yasudah cepat habiskan sarapanmu, papa dan mama hari ini berangkat ke kantor sangat pagi karna ada rapat penting" jelas papa ke Putra. "Iya pa"

Setelah selesai sarapan mama dan papa langsung berangkat ke kantor lebih dulu, sedangkan aku kembali kekamar untuk melihat keadaan kak Bima. Saat ku samapai di depan pintu kamar kulihat kak Bima sedang membaca buku, tapi aku tak tau itu buku apa. Tubuhnyapun tertutup leh selimut tebal berwarna merah yang menutup sampai bagian leher kak Bima.

Aku berjalan pelan menghampiri kak Bima dan duduk di bibir ranjang. Kulihat kak Bima hanya melirikku sebentar dan kembali pandanganya ke buku yang sedang ia baca. Suasana di kamar sangat hening karna tak ada suara apapun di sini.

"Kakak sakit ya?" ucapku memecahkan keheningan.

"Kenapa lo nanya-nanya gitu gak usah sok perhatian deh lo" jawab kak Bima ketus.

"Kan Putra cuma nanya aja kak, masa gak boleh?".

"Sudah pergi sanah lo mending buruan ke sekolah tar telat lo!!" usir kak Bima padaku.

Aku langsung mengambil tasku dan keluar dari kamar. Kapan ya Kak Bima bisah berubah masa iya aku terus-terusan di marahin padahalkan niat aku juga baik ke kak Bima. Ah sudahlah lupakan, aku yakin ko suatu saat nanti kak Bima pasti akan berubah sifatnya padaku. Sesampai di pintu depan aku merasa tak tega meninggalkan kak Bima, akupun berbalik arah dan mengurungkan niatku kesekolah.

Aku langsung menuju ke dapur. "Eh den Putra ko belum berangkat sekolah?" tanya Bi Tati saat aku baru sampai di dapur.

"Putra gak mau sekolah ah bik, Putra gak tega ninggalin kak Bima sendirian dirumah. Lah bibik lagi apa tuh?" tanyaku balik ke bi Tati

"Ini bibi lagi nyiapin bubur buat den Bima. Loh kata siapa den Bima sendirian kan dirumah masih ada bibi dan mang Didin atuh den yang nemenin den Bima"

"Iya sih bik, tapi Putra gak tega aja liat kak Bima yang lagi sakit, sini bik biar Putra saja yang antar makanan buat kak Bima" pintaku ke bi Tati

"Oh yasudah nih, lagian bibi juga masih banyak pekerjaan lain den"

Akupun membawakan sepiring bubur dan segelas susu buat sarapan kak Bima

"Kak ni aku bawain sarapan buat kaka, makan ya kak biar kaka cepet sembuh!!" ucapku sambil senyum kearah kak Bima.

"Loh ngapain lo belum belum berangkat ke sekolah?" aku hanya diam tak menjawab pertanyaan kak Bima. Saat ini aku akan menyuapi kak Bima makan. Kuambil sebagian bubur dengan sendok dan kuarahkan ke kak Bima.

"Kak ayo buka mulutnya kaka harus makan, biar kaka cepat sembuh ya!!" ucapku sambil menyodorkan sesendok bubur. Saat ini gantian kak Bima yang tak menjawab omonganku, ia hanya diam dan mandang langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

"Kak ayo dong makan, Putra gak mau kaka sakit seperti ini"

"Eh lo kenapa sih Put sok perhatian banget sama gue, asal lo tau gue itu benci tau gak sama lo"

"Tapi kak-"

"Pergi gak lo!!" saat ini nada kak Bima bersuara dengan nada tinggi. Sepertinya dia sangat marah padaku. Aku takut mendengar kata-kata kasar kak Bima kurasa kan matakupun mulai berkaca-kaca.

"Lo budek ya Put di suruh keluar malah nangis"

"Kak emang salah Putra apa sih kak, kenapa kaka benci banget sama Putra?" tanyaku dengan suara isak.

"Lo mau tau kenapa gue benci sama lo? Karna sejak kehadiran lo, mama dan papa itu gak perhatian ke gua dan dia lebih merhatiin lo, paham!!"

"Maaf deh kak kalo kehadiran Putra menyusahkan kaka, kalo begitu Putra pergi saja dari sini"

"Ya bagus kalo lo pergi gue seneng dengernya" ucap kak Bima ketus.

Aku langsung pergi meninggalkan kak Bima dan keluar dari rumah ini, walau aku taktau harus kemana tapi yang terpenting adalah aku bisa membuat kak Bima senang.

* * *

--BiMA POV--

Tok tok tok

"Bima.. Bima sayang kamu di dalam kan?"

"Iya ma masuk saja gak di kunci kok"

" Bim, Putra kemana sayang ko sudah malam begini belum keliatan?" tanya mama panik

"Ya mana Bima tau mah kan Bima seharian hanya baring di kamar saja"

"Oh yasudah mama mau tanya sama bibi siapa tau bi Tati tau. Bibik.. " teriak mama yang sambil berlalu meninggalkanku di kamar.

Ah mama lebay amat sih, Putra kabur aja udah kek kehilangan apa saja, haha tapi bagus lah gue suka Putra kabur dari rumah jadi mama dan papa perhatian lagi ke gue.

(Bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar