Rabu, 27 Januari 2016

Karena Dirimu
Part 06
--------------
By. Aby Anggara
========================

***

Jam istirahat sekolah.

Denis sangat sibuk mencari Ardi kesana-kemari. Ia kehilangan jejak saat mengawasi Ardi yang baru saja keluar dari kelasnya. Sekarang ia terpaksa mencari Ardi mengelilingi halaman sekolahan yang luas itu demi untuk mengajaknya makan bersama di Kantin.

Ia berjalan menyusuri semua sudut sekolahnya, namun sampai saat ini ia belum juga menemukanya.

"Hei Nis cari siapa sih, serius amat?" tanya Fran yang baru saja menghampirinya.

"Ah gak cari siapa-siapa kok Fran"

"Yaudah kalo gitu Kantin yuk?" ajak Fran dengan antusias. Denis terlihat berfikir untuk beberapa saat, namun akhirnya ia menyetujui ajakan Fran walau ada rasa sedikit kekecewaan dihatinya karna belum menemukan Ardi.

Mereka berjalan bersama menuju Kantin itu dan tak lamapun mereka sampai di Kantin yang cukup ramai. Mereka memesan makan sesuai selera masing-masing. Lagi-lagi mata Denis tak bisa diam, ia terlihat sangat gelisah melihat kesana kemari mencari sosok Ardi yang belum juga ia temukan sejak tadi.

Suasana Kantin yang cukup ramai membuat Denis sedikit kesulitan untuk melihat dengan teliti setiap orang yang ada disini. Namun pandanganya diam saat ia mendapati Ardi yang sedang makan bersama Igo yang berada lumayan jauh dari tempat duduknya. Rasa kecewa dan cemburu tentu saja ia rasakan saat ini.

Ia masih bingung apa yang sedang terjadi pada dirinya, setiap Ardi dekat dengan Igo ia selalu merasa cemburu. Jelas-jelas rasa cemburu itu terjadi karna ia mencintai Ardi secara diam-diam, tapi ia belum percaya pada dirinya sendiri kalo dia mencintai Ardi yang juga seorang laki-laki.

Denis menjadi semakin tidak semangat untuk makan makanan yang sudah ia pesan. Seketika nafsu makan yang tadinya ingin mengajak Ardi makan bersama di Kantin tiba-tiba hilang begitu saja. Ya begitulah kalau orang sedang berurusan dengan yang namanya 'cinta', pasti sering mengalami yang namanya tak nafsu makan karnanya.

"Woi, malah bengong!!!" kata Fran yang seketika mengagetkan Denis. Seketika Denis pura-pura sibuk membolak-balik makanan di piring dengan kedua sendoknya.

"Eh nggak ko Fan" elaknya.

"Ngeles aja lo Nis. Oya tar sore main dong kerumah gue, kita tanding basket bete soalnya di rumah sendirian" ajak Fran sambil sibuk memasukan sesuap makanan ke mulutnya

"Oke siapa takut!"

Denis dan Fran kemudian melanjutkan makan siangnya itu, Denis sesekali mencuri pandang kearah Ardi, namun Ardi tak pernah menyadari kalau dirinya selalu dipandangi oleh Denis.

***

Siang itu matahari bersinar begitu terik. Hingga membuat Ina yang sedang mengankat jemuran terlihat sedikit meringis akibat sengatan sinar matahari yang berlebihan. Beginilah sosok Ina, ia selalu giat bekerja untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Selesai mengangkat pakaian yang begitu banyak yang ia taruh di dalam rigi, lalu membawanya masuk kedalam rumah.

Tak berselang lama Ardi dan Igopun tiba di halaman rumah Denis yang begitu besar dan megah. Igo mengantar Ardi hingga pintu belakang rumahnya, itu Igo lakukan agar Ardi tak kelelahan berjalan dari depan halaman rumah Denis menuju belakang yang sangat jauh. Haha Igo lebay juga ya? Ya begitulah kalo kita mencintai seseorang, terkadang kita melakukan hal koyol yang tanpa kita sadari itu adalah berlebihan.

"Aku langsung pulang ya Ar?"

"Gak masuk dulu Go?"

"Gak lah Ar, nanti saja aku main kesini"

"Oke deh"

Igo lalu memutarkan sepeda motornya dan mengendarainya menuju pintu gerbang rumah Denis. Namun saat ia baru akan sampai di depan pintu gerbang ia berpapasan dengan Denis yang baru saja memasuki pintu gerbang rumahnya itu dengan motor merahnya. Terjadi saling tatap antara mata Denis dan Igo, walau Denis menatap dengan tatapan yang sangat tajam, tapi Igo menatap Denis dengan tatapan datar.

Terlihat sangat jelas di wajah Denis jika ia tak suka dengan keberadaan Igo saat ini, Denis kemudian memberhentikan sepeda motornya, sedangkan Igo menghilang saat ia sampai di depan pintu gerbang yang besar itu.

"Heran, kenapa saat ini aku sangat tak suka dengan Igo?" kata Denis bingung. Ia kemudian mengendarai sepeda motornya kembali dan berhenti di garasi samping rumahnya.

Ia berjalan masuk kedalam rumahnya dan langsung membantingkan tubuhnya di ranjangnya. "Ardi!" terlintas di benaknya tiba-tiba. Dengan penuh antusias ia berganti pakaian dan ingin sekali bertemu dengan Ardi. Mungkin ia sangat rindu dengan Ardi pasalnya di sekolah Ardi selalu sibuk dengan sahabatnya Igo.

Siang itu Rara belum pulang dari kuliahnya, hal itu dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Denis untuk bertemu dengan Ardi. Ia menuruni tangga lalu berjalan menuju dapur. Dari kejauhan Denis sudah melihat Ardi yang sedang makan di meja makan keluarganya, namun hal itu tak mengurungkan niat Denis untuk menghampiri Ardi.

Ia terus berjalan hingga akhirnya ia duduk didepan Ardi yang sedang makan siang sendirian. Ardi kaget saat melihat Denis yang tiba-tiba sudah ada didepanya. Ia terngangah dengan mulut yang masih terisi oleh nasi yang baru saja ia masukan kedalam mulutnya. Rasa malu dan grogi tiba-tiba menjalar di tubuhnya. Dengan cepat ia menyambar air putih dan meminunnya.

"Makannya pelan-pelan saja, nanti tersedak loh" kata Denis membuka percakapanya. Ardipun menyambut dengan senyuman lebar di pipinya.

"Iya Den ini udah selesai kok, oya ada apa Den, tumben?"

"Gak papa kok Ar cuma mau main bareng, dikamar sepi. Ya... Mumpung ka Rara belum pulang dari Kampusnya"

"Oh gitu, oya Den Denis sudah makan?"

"Udah tadi di Kantin Ar"

"Oh syukur deh kalo gitu, yuk Den kita main di teras belakang saja biar adem kena angin diluar" Denis pun mengangguk.

Ardi nampaknya sangat bahagia karna sikap Denis tak seperti biasa-biasanya. Kalo dulu Denis biasa-biasa saja dan tak pernah bergaul dengan Ardi karna Rara yang selalu melarangnya. Tapi kali ini berbeda, walau Rara masih saja tetap melarang mereka untuk bermain bersama, tapi Denis masih saja mencuri-curi waktu untuk bisa bermain bersama Ardi. Hal ini lah yang membuat Ardi bahagia.

Begitupun dengan Denis, ia juga merasakan sangat bahagia saat bersama Ardi. Mungkin lama kelamaan ia akan benar-benar mencintai sosok sederhana Ardi yang selalu membuatnya rindu jika sedang tak bersama.

Mereka segera keluar dan duduk bersama di teras belakang. Rasa bahagia sangat meraka rasakan saat orang yang mereka cintai berada di samping mereka. Mereka bermain ular tangga yang biasa di mainkan oleh Ardi dan Rama. Namun kali ini mereka memaikanya dengan cara yang berbeda, mereka membuat kesepakatan siapa yang kalah akan mengabulkan 3 permintaan sang pemenang.

Ardi nampak bersikap biasa saja tanpa raut wajah tegang sedikitpun, ia tak memperdulikanya walau ia akan kalah sekalipun ia tak akan keberatan, karna apa saja yang Denis minta akan ia penuhi selama ia mampu. Berbeda dengan Denis, ia terlihat sangat tegang dan takut jika ia kalah, karna biar bagaimanapun juga ia masih menjaga nama baik keluarganya jika nanti Ardi meminta sesuatu yang diluar dugaanya. Tapi itu semua tak mungkin Ardi lakukan, apalagi buat orang yang ia sayangi.

Lima menit berlalu, suasana menjadi menegang saat Ardi akan mencapai finis, sedangkan dari tadi Denis selalu saja turun walau sudah naik ke atas. Ardi semakin semangat saat dirinya tinggal selangkah lagi akan sampai, dan hal itu membuat Denis panik sampai mengeluarkan keringat dingin.

Saat ini giliran Ardi megocok dadunya dan ternyata ia turun sangat panjang bahkan saat ini ia berada di bawah Denis. Ardi mengerutu kesal, sedangkan Denis kembali tersenyum lebar di pipinya karna ia masih mempunyai kesempatan untuk memenangkanya.

Sepuluh menit kemudian suasan semakin menegang saat Ardi berhasil mengejar Denis dan mereka sama-sama akan merebutkan finis itu. Sekarang giliran Denis yang mengocok dadu putih itu dan...

"Ye..." teriak Denis antusias hingga membuat Ibunya Ardi yang sedang mencuci piring didapur ikut menoleh kearah mereka berdua. "Ye ye menang, ye ye menang" ulang Denis dengan senyuman lebar di pipinya.

Walau Ardi kalah ia tetap tersenyum karna setidaknya dengan Denis menang, Denis akan meminta sesuatu padanya dan sudah pasti Denis akan lebih sering menemuinya.

"Selamat ya Den" kata Ardi sambil mengulurkan tangan kananya. Denispun membalas jabatan tangan itu, dan untuk beberapa detik mereka saling bertatapan dengan tangan yang masih bersalaman. Ardi merasakan tangan Denis yang terasa begitu lembut dan halus, tangan yang berkulit putih mulus itu layaknya tangan perempuan. Berbeda dengan tangan Ardi yang sedikit kasar di bagian telapak tanganya.

Terlihat Rara dan teman-temanya yang baru saja memasuki pintu gerbang rumah mewah itu dan seketika Denis merasa sangat panik.

"Ar aku kedepan dulu ya, ka Rara udah pulang tuh" kata Denis panik. Belum sempat Ardi mengiyakan, tapi Denis sudah berlari meningglkanya di teras belakang rumahnya itu. Denis dengan cepat menaiki anak tangga itu membuka pintu kamarnya lalu menutupnya dan ia berdiri dan bersandar di pintu kamarnya dengan nafas yang sangat tak beraturan.

"Hah hah" suara dengusan yang keluar dari mulut Denis. Ia masih mencoba mengatur nafasnya agar kembali normal seperti biasanya. Setelah nafasnya sudah terasa sedikit lebih baik, ia berjalan menuju tempat tidurnya dan membaringkan tubuhnya secara terlentang. Matanya menatap lagit-langit kamarnya dan wajah Denis senyum-senyum sendiri karna bahagia sudah memenangkan taruhan itu. Dengan menggigit bibir bawahnya ia mulai memikirkan apa saja yang akan ia minta dari Ardi.

Ting!!!

Nada peringatan pasanpun berbunyi. Dengan tangan kananya Denis segera merogoh saku celananya untuk melihat pesan itu.

Dari Fran

Woi sudah jam berapa nih, jadi gak main kerumah gue? >_<

"Aduh kok aku bisa lupa ya kalo aku ada janji sama Fran?"

Denis segera membalas pesan itu lalu ia bangkit dari tempat tidurnya dan ia mengganti pakaianya. Dengan seragam basket berwana hitam dan ber lis orange di setiap ujungnya. Sekarang Denis sudah siap, ia meraih tas dan bola nya itu, lalu ia turun menuju pintu depan.

Rara beserta keempat temanya sedang mengerjakan tugas kuliah mereka di meja ruangan tengah dan mereka duduk di lantai putih dengan mengelilingi meja kaca hitam yang tak terlalu tinggi. Suasana di ruangan tengah itu terdengar sangat ricuh di penuhi dengan suara teman-teman sekampus Rara. Denis yang berjalan melewati ruang tengah itu tak memperdulikan kehadiran Rara dan teman-temanya, ia terus saja berjalan menuju pintu depan.

"Mau kemana Nis?" tanya Rara sinis. Tanpa menoleh Denis menghentikan langkah kakinya, masih dengan tas gendong hitam yang hanya bergantung di pundak kananya dan tangan kirinya masih merangkul bola di ketiaknya.

"Ade lo ya Rak?" tanya salah satu teman Rara.

"Wah ganteng banget" kata teman Rara yang lainya yang memakai kaca mata, sampai-sampai iya nemandang Denis dengan membuka kaca matanya.

"Buset dah Rak, punya adek sekeren ini gak di kenalin sama kita-kita"

"Ih.. Gemes banget deh liat pipinya cute banget"

Keempat teman Rara memandangi tubuh Denis tanpa berkedip, apalagi dengan seragam basket seperti yang di pakai Denis, tonjolan di selakangan Denis sedikit terlihat sangat jelas dan hal itu juga membuat para temen Rara gemas dan menggigit jarinya sendiri.

"Mau main basket kerumah Fran kak" jawab Denis masih tak menolehkan wajahnya.

"Berapa kali kaka bilang, jangan suka keluyuran!" serga Rara.

Denis kemudian memutarkan tubuhnya menghadap kearah Rara dan teman-temanya.

"Wau.." ucap salah satu teman Rara lagi mengagumi tubuh Denis dari arah depan.

"Maunya ka Rara tu apa sih, ngajakin temen main kerumah gak boleh, main sama Ardi gak boleh dan sekarang Denis mau main di luar juga gak boleh? Kak Denis itu cowok masa dikurung dirumah terus, Denis juga butuh temen kak. Kak Rara bawa temen-temen kaka kerumah Denis gak pernah protes kan?" kata Denis kesal.

"Denis, ka Rara bilang masuk!"

Dengan kesal Denis membanting bola yang dari tadi ia peluk di ketiak kirinya lalu ia pergi kembali menaiki anak tangga dengan sedikit berlari. Ia duduk di ranjangnya dengan dada yang terasa sesak karna kesal dengan tingkah Rara yang selalu mengatur hidupnya. Ia segera mengambi ponselnya lalu memberi kabar pada Fran kalau dirinya tak bisa datang kerumahnya.

Malam ini Rara kembali makan malam sendirian, terlebih Denis masih marah karna ulahnya siang tadi, jadi jangan harap Denis akan makan malam bersamanya. Rara memang selalu membatasi pergaulan Denis, ia hanya tak ingin Denis menjadi anak yang bandel jika sering bergaul dengan teman-temanya. Rara tak peduli kalau yang ia lakukan sangat menyiksa bagi Denis, tapi sampai saat ini Denis masih saja belum berani untuk melawan sikap Rara yang selalu mengatur hidupnya.

Malam ini Rara tak menikmati makan malam seperti biasanya, ia merasa sedikit bersalah dengan Denis karna sudah sangat mengekang hidup saudaranya itu. Ia naik keatas untuk memastikan kalau Denis baik-baik saja. Dengan pintu kamar Denis yang sedikit terbuka, Rara bisa melihat Denis dengan jelas. Ia sedang duduk bersandar di ranjangnya sambil memeluk sebuah bantal guling yang berwarna ungu itu.

Namun Rara tak ada niat sedikitpun untuk masuk kedalam kamar itu, ia hanya ingin sekedar memastikan saja kalau Denis baik-baik saja. Setelah ia tau keadaan Denis, Rara kembali kekamarnya untuk menyelesaikan tugasnya yang belum selesai ia kerjakan siang tadi.

Denis melirik jam dinding yang ada di kamarnya, saat ini tepat jam 7 malam. Ia tau biasanya di jam seperti ini Ardi dan keluarganya sedang makan malam bersama. Ia yang merasa lapar segera membangkitkan tubuhnya dari ranjang itu dan berjalan keluar kamar. Sesampai di depan pintu kamarnya ia memastikan kalau keadaan harus benar-benar aman dari Rara.

"Sepertinya aman" katanya

Denis denga sangat hati-hati menuruni anak tangga itu agar langkah kakinya tak terdengar oleh Rara. Berhasil! saat ini ia sudah berada di lantai dasar dan ia kemudin berjalan menuju dapur. Sesampainya di sana Denis berhenti di pintu yang letaknya agak jauh dari meja makan keluarganya Ardi, namun dari sini masih bisa melihat dengan jelas. Terlihat Ardi baru saja datang dan duduk di kursinya yang ada di sebelah Rama.

"Maaf buk Ardi telat" ujarnya.

"Yasudah ndak papa le, buruan makan sini Ibu ambilin ya?" kata Ina. Ardipun menggukan kepalanya. Lagi-lagi perlakuan Ina pada Ardi membuat Denis cemburu, ia sangat ingin sekali mendapat perlakuan seperti itu dari Orang tua kandungnya, tapi apa daya Melinda memang sangat sibuk dengan pekerjaanya dan tak pernah memberi perhatian pada anak-anaknya.

Perlahan Denis memberanikan diri mendekati Mang Mamat dan keluarganya yang sedang makan malam bersama di meja itu. Denis menatap menu yang ada di meja makan itu, walau yang terhidang di meja makan itu hanya menu yang sangat sederhana, tapi Denis sangat ingin sekali makan-makanan itu. Ya begitulah keadaan Ardi dan keluarganya, mereka hanya di kasih tempat tinggal gratis oleh Melinda tapi soal makan sehari-hari, mereka harus berbelanja dan masak sendiri untuk keluarganya, jadi secara otomatis makanan yang terhidang di meja makan Denis dan makanan yang terhidang di meja makan Ardi sangatlah kontras.

"Den Denis?" kata Ardi yang baru saja mau menyuapkan sesendok nasi kemulutnya, namun hal itu ia urungkan karna melihat kehadiran Denis yang tak biasa-biasanya datang di saat mereka sedang makan malam.

Serenta semua mata tertuju pada Denis, Denis hanya menundukan kepalanya dan sebenarnya ia ingin berbicara sesuatu pada keluarga Ardi namun ia masih malu dan ragu.

"Yaampun Den Denis ada apa, tumben?" kata Ina. Denis tak menjawab pertanyaan Bi Ina, perlahan ia menaikan kepalanya dan menatap Bi Ina dengan tatapan sedu dan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Bik.." lirihnya. Dengan sangat cemas Ina bangkit dari tempat duduknya dan mendekat kearah Denis, lalu dengan ragu Bi Ina ingin memeluk Denis, namun tanpa ragu Denispun merebahkan kepalanya di bahu Ina.

"Ada apa toh Den kalo ada masalah ya mbok cerita sama Bibi! siapa tau Bibi bisa bantu" kata bi Ina sambil mengusap punggung Denis. Untuk pertama kalinya Denis di peluk oleh Bi Ina dan ia merasakan ketenangan saat berada di pelukan itu.

"Bik, Denis boleh ikut makan malam bersama gak? Sebenarnya Denis sangat ingin makan malam bersama mama dan papa Bik, tapi mereka selalu sibuk dengan urusan mereka hingga tak pernah ada waktu buat Denis"

Bi Ina kemudian melepaskan pelukan itu dan menghapus air mata Denis dengan kedua tanganya lalu Bi Ina memegang kedua bahu Denis.

"Yaapun den, kalo cuma mau makan bersama Bibi ngga pernah keberatan, tapi harap maklum menu yang di sajikan ndak seperti yang terhidang di meja makan Den Denis"

"Denis tau kok bik" kata Denis sambil tersenyum. Bi Ina kemudian mengajak Denis makan malam bersama keluarganya dan mempersilahkan Denis duduk di antara Ardi dan Rama. Malam itu Mamat dan keluarganya dan juga Denis makan malam bersama, Denis sangat bahagia malam itu karna ia merasa seperti makan malam dengan keluarganya sendiri.

Perlakuan baik Bi Ina yang menganggap Denis seperti anaknya sendiri membuat Denis seperti mempunyai orang tua baru. Sebenarnya sikap Bi Ina memang selalu baik padanya, tapi selama ini Denis tak pernah mendekatkan diri pada keluarga Ardi. Baru malam ini saja dan hal itu membuat Denis sangat menyesal, menyesal kenapa tak dari dulu ia seperti ini pada Bi Ina yang sebenarnya sangat menyayanginya.

Makan malampun usai di meja makan itu, walau yang Denis makan malam ini hanyalah menu sederhana, tapi malam itu sangatlah membuat Denis bahagia tak seperti biasanya.

"Terima kasih Tuhan, aku merasa mempunyai keluarga baru yang sangat perhatian dan sayang denganku..." kata Denis dalam hati.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar