Rabu, 27 Januari 2016

Percintaan Sedarah
Epesode 01
------------
By. Aby Anggara
=================

*-*-*

Alfan duduk bersandar di kursi yang berada di teras kamarnya, pandangannya kosong menatap kearah bulan yang terlihat hanya separuh dan sedikit redup karna tertutup awan kecil. Sudah sejak lama ia menyendiri di sana, dan tampaknya ia memang sedang tak mau di ganggu.

Pintu kamar Alfan terdengar ada yang mengetuknya, namun walau ia mendengar suara itu, tatap saja ia masih tak bergemin untuk membukanya. Walau ia tetap tak menyambut kedatangan tamu yang tak di undang itu, tapi sepertinya orang itu tak berputus asa tetap saja mengetuk pintu kamar Alfan semakin keras. Ketenangan Alfan merasa terganggu hingga dengan rasa kesal ia berjalan menuju pintu kamarnya.

"Ada apa sih, berisik tau!" ketus Alfan saat baru saja membuka pintu. Alfan menatap wajah Reza dengan tajam, hingga pandangannya beralih pada sebuah nampan yang di pegang oleh Reza.

"Maaf Kak, Reza cuma mau antar ini saja kok. Kak Al belum makan malam kan?" ujar Reza sambil sedikit menyodorkan nampan yang di bawanya. Alfan menatap wajah Reza dan nampan yang di bawa oleh Reza secara bergantian, seperti Alfan tetap saja tidak suka dengan perhatian yang di berikan oleh Reza.

"Gak usah sok perhatian deh, aku juga gak bakalan mati kok walau aku gak makan malam ini. Pergi sanah dan jangan ganggu aku, ngeri!"

"Tapi Kak, aku kan cuma-"

"Kamu tuli?" ucap Alfan dengan suara lantang hingga membuat Reza sedikit melunjak karena kaget. Reza menundukkan kepalanya, dan tanpa berani berkata, ia memutar tubuhnya lalu pergi meningalkan kamar Alfan. Saat Reza menuruni anak tangga akan menuju lantai dasar, ia bertemu Mamanya yang baru saja menaiki tangga menuju keatas.

"Loh kenapa kamu nangis, Za?"

"Kenapa sih Ma Ka Alfan selalu jahat sama Reza, memangnya Reza salah apa coba?" Mamanya tersenyum, lalu mengusap rambut Reza dengan perlahan.

"Sudah jangan di masukin dalam hati ya, mungkin Kakakmu sedang kecapean. Yasudah nanti biar Mama yang bicara sama Alfan"

Reza tersenyum walau dalam tangisannya, lalu ia pun melanjutkan langkahnya menuju dapur mengembalikan makanan yang ia bawa tadi.

Tok tok tok!!!

"Berisik tau, kamu budek apa tul-" ucapan Alfan terhenti saat ia membuka pintu kamarnya, tapi yang ia dapati adalah Mamanya. Mamanya segera melipat kedua tangannya menatap Alfan dengan tatapan datar. Alfan yang merasa bersalah dan dengan penuh rasa tidak enak ia memaksa senyum di pipinya dengan tangan kanan yang menggaruk kepala yang sebenarnya tak gatal. "Eh Mama, ada apa, Ma?" lanjutnya.

"Kamu ada apa lagi sih Al, sampai tega buat Adikmu nangis?" Alfan bukannya menjawab pertanyaan Mamanya, ia dengan malasnya berjalan menuju tempat tidurnya dan duduk di pinggirnya. Mamanya pun mengikutinya seolah tak mau kalau pertanyaanya tak mendapatkan jawaban.

"Kenapa sih Mama selalu belain dia?"

"Al.. Mama bukan belain Reza, tapi yang Mama heran kenapa kamu selalu gitu dengan Adikmu?"

"Udalah Ma, Alfan ngantuk Alfan mau tidur" tanpa mau mendengarkan jawaban Mamanya, Alfan langsung membaringkan tubuhnya dan menutup wajahnya dengan selimut tebal. Mamanya menggelengkan kepala heran.

"Mama belum selesai bicara Al" ujara Mamanya sembari menarik selimut yang menutup wajah Alfan.

"Mama apaan sih, Alfan ngantuk Ma.." Alfan kembali menarik selimutnya, tapi kali ini ia tak menutup wajahnya, ia menaruh selimut itu di sekujur tubuhnya. Mamanya kali ini menyerah, ia hanya membuang nafas dengan kasar sambil menatap wajah Alfan.

"Selamat tidur ya sayang" ujar Mamanya mengecup kening Alfan, kemudian mematikan lampu utama di kamar Alfan dan menutup pintu.

*-*-*

Pagi itu Reza sudah berada di meja makan untuk sarapan pagi bersama. Reza memang anak yang rajin hingga bangun pagi pun sudah menjadi kebiasaanya. Reza masih memperhatikan Mamanya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di meja makan.

"Reza bantuin ya Ma?" ujar Reza saat Mamanya mengantarkan empat gelas minuman hangat dimeja makan.

"Gak usah Za, mending tolongin Mama bangunin Kakakmu saja ya, karna Mama masih banyak kerjaan" Reza hanya mengangguk pasrah oleh perintah Mamanya, walau ia tau Alfan tak pernah menyukai kehadirannya. Reza segera bangkit dari tempat duduknya menuju kamar Alfan yang berada di sebelah kamarnya.

Setelah sampai di depan kamar Alfan, Reza berdiri menatap pintu kamar itu. Ia tak berani mengetuknya karna ia tau Alfan pasti akan marah padanya. Didalah hatinya berperang, sebagian menyuruh mengetuk pintu itu dan yang sebagian lagi mengatakan 'jangan'. Reza melihat jam di tangannya, dan sudah jam setengah tujuh Alfan belum juga siap-siap. Alfan memang punya kebiasaan buruk yang selalu telat saat bangun pagi. Dengan sangat hati-hati Reza mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu itu, tapi saat baru saja ia mau mengetuknya tiba-tiba pintu itu sudah terbuka dengan sendirinya. Reza sangat kaget saat Alfan tiba-tiba muncul dan berada di depannya.

"Mau ngapain kesini?" ujar Alfan ketus.

"Aku... Aku disuruh Mama buat-"

"Alah pasti mau panggil aku suruh sarapan kan, Iya kan?" Alfan mendelikan mata didepan wajah Reza hingga wajah mereka sangat dekat dan reflek Reza mundur satu langkah. Reza terlihat sangat ketakutan oleh sikap Alfan yang selalu dingin padanya hingga ia saat ini hanya menundukkan kepalanya. "Gak usah sok perhatian deh!" ketus Alfan lalu ia berjalan meninggalkan Reza. Alfan berjalan menuju meja makan, di sana sudah terlihat Mama dan Papanya yang sudah menunggu mereka. Tanpa suara, ia duduk dan langsung sibuk memainkan smart phonenya. Papanya menoleh ke Mamanya, dan Mamanya mengangkat kedua bahunya.

"Adikmu mana Al?" ujar Mamanya memulai pertanyaan.

"Ya mana aku tau Ma, kan aku dari tadi juga gak sama dia" jawab Alfan tanpa melihat Mamanya, Mamanya menggelengkan kepala heran.

"Jadi anak itu yang sopan Al, di tanya Mama kamu kok gitu" ujar Papanya ikut bicara, Alfan sama sekali tak menimpali ucapan Papanya, ia seolah tak mendengar jika Papanya sedang bicara dengannya.

"Pagi Ma, Pa?" seru Reza ramah.

"Pagi juga sayang..." Reza kemudian duduk di sebelah Alfan.

"Za.. Hari ini Papa berangkat ke Kantor agak siang, kamu pergi kesekolah bareng sama Kakakmu ya!" ujar Papanya memberi tahu Reza. Sontak Reza dan Mamanya menoleh kearah Alfan seolah menunggu persetujuan dari Alfan yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Iya gak papa kok Pa"

"Al...?" panggil Mamanya.

"Ya, Ma?"

"Kamu denger gak?"

"Apaan Ma?"

"Hari ini Papa kamu berangkat agak siang, jadi hari ini kamu berangkat sama-sama ya dengan Reza?"

"Berangkat sama Reza? Tapi Ma-"

"Sudahlah Al... Cuma sesekali saja masak kamu keberatan?" tukas Mamanya. Alfan terlihat masih berfikir dan seketika ia menoleh Reza yang ada di sebelahnya.

"Yasudah, tapi Alfan mau berangkat sekarang"

"Al.. Tapi kan kamu dan Reza belum sarapan?" cemas Mamanya, Reza yang baru saja mau menyuapkan sendok kemulutnya di urungkan setelah mendengar ucapan Alfan.

"Nanti Alfan sarapan di Kantin saja Ma" Alfan lalu berdiri dan memakai tasnya yang sempat ia taruh di belakangnya. Alfan lalu berjalan meninggalkan meja makan.

"Tapi Adikmu belum sara-" ucapan Mamanya terhenti saat Alfan tetap saja berjalan seolah tak menggubris ucapan Mamanya.

"Sudah gak papa Ma, nanti Reza sarapan di Sekolah saja. Reza berangkat dulu ya Ma, Pa" ujar Reza menyalami tangan Mama dan Papanya. Reza berlari kecil mengejar Alfan, ia seolah takut Alfan akan meninggalkannya.

Alfan menyalakan mesin sepeda motornya, dengan kasar ia menarik gas motornya sedikit agak keras seperti orang yang sedang kesal. Setalah Alfan berhenti memainkan gas sepeda motornya, ia menoleh kebelakang mendapati Reza yang masih diam mematung mengawasinya.

"Ayo naik, mau ikut gak?" serga Alfan.

"I..iya, ini juga mau naik kok"

Dengan cepat Reza melangkahkan kakinya dan duduk di belakang Alfan. Tanpa aba-aba Alfan melajukan sepeda motornya dengan satu kejutan hingga membuat Reza hampir saja terpental dari tempat duduknya karna ia tidak berpegangan.

"Palan-palan dong Kak!" pinta Reza memohon. Alfan hanya diam dan tak menjawabnya, ia hanya tertawa tertawa tanpa suara menahan lucu karna Reza yang hampir saja jatuh karna ulahnya.

Tak sampai satu jam merekapun sudah sampai di Sekolahnya, Alfan segera memarkirkan sepeda motornya di area yang telah di sediakan. Reza yang sudah turun lebih awal masih saja memperhatikan Alfan yang sedang sibuk dengan motornya.

"Ngapain liatin kaya gitu? Gak kekelas?" ujar Alfan dengan nada ketus.

"Iya Kak, ini juga mau kekelas kok" Reza lalu berjalan meninggalkan Alfan dan menuju kelasnya.

Reza berjalan tak bersemangat, kepalanya dipenuh dengan beribu tanda tanya.

"Kenapa sih Ka Alfan selalu marah-marah denganku? Memangnya aku salah apa? Aku sangat iri saat liat teman-temanku yang suka di manjakan oleh Kakaknya, dan aku sangat ingin seperti itu. Ah... Keknya gak bakalan mungkin Ka Alfan bakalan kayak gitu, dia kan orangnya sangat dingin kalo denganku"

Bruk!!!

Reza terjatuh saat dari balik dinding tiba-tiba ada yang menabraknya.

"Eh maaf, kamu gak papa?" tanya laki-laki itu.

"Aku gak papa kok, Ka Arlan..?"

"Reza..? Maaf ya tadi Ka Arlan buru-buru soalnya"

"Iya gak papa kok Kak"

Arlan mengulurkan tangannya berusaha menolong Reza dan Reza menyambutnya. Dengan satu tarikan yang sangat kuat Reza sudah kembali bangkin dari duduknya di lantai tadi.

"Makasih ya Kak?" Arlan mengerutkan keningnya.

"Makasih? Kan aku yang nabrak, kok malah bilang makasih?" tanya Arlan bingung.

"Ih... Maksud Reza itu makasih karna udah di bantuin berdiri, gitu" ujar Reza sambil memonyongkan bibirnya. Arlan terkekeh melihat tingkah Reza yang terlihat sangat lucu. "Kok Ka Arlan malah ketawa sih?"

"Iya deh iya maaf. Yaudah Ka Arlan lagi buru-buru nih, nanti kita ketemuan di Kantin ya?"

"Iya deh Kak, sampai nanti ya" Arlan lalu berlalu meninggalkan Reza.

Bel sekoleh berbunyi tanda masuk sekolah, semua siswa masuk kekelasnya masing-masing. Suasana di kelas begitu ricuh saat Guru belum kunjung datang. Reza membuka tasnya dan mencari sebuah buku, namun tiba-tiba suasana menjadi hening dan reflek membuat Reza ikut mengalihkan pandangannya kedepan.
"Pantas saja suasana jadi hening, ternyata Pak Agus baru saja datang" ujar Reza dalam hati.

"Selamat pagi, hari ini kalian kedatanga teman baru. Silahkan perkenalkan namamu!" perintah Pak Agus.

"Hai teman-teman, perkenalkan namaku Alfin Arizki, bisa panggil 'Alfin'!"

"Sudah cukup?" tanya Pak Agus, Alfin mengangguk. "Baiklah kalo gitu silahkan duduk di bangku yang kosong disana!" perintah Pak Agus. Alfin berjalan menuju bangku yang berada di sebelah Reza.

"Boleh aku duduk disini?" tanya Alfin sopan.

"Silahkan"

"Terimakasih" Alfin lalu menaruh tasnya.

*-*-*

Saat jam pelajaran telah usai, semua siswa dan siswi berhamburan keluar kelas. Alfan segera menghampiri sepeda motornya dan melaju menuju gerbang sekolahnya. Ia berhenti di depan gerbang Sekolahnya saat di jalan raya masih di penuhi kendaraan yang sedang berlalu-lalang. Pandangannya tanpa sengaja mendapati seorang laki-laki yang mengenakan seragan SMA dan sedang duduk di helte yang terletak di depan Sekolahnya. Alfan mengerutkan keningnya saat mendapati keanehan pada anak itu. Sudah dua kali bus berhenti di halte itu, namun laki-laki itu tak pernah ada niat untuk menaiki bus yang berhenti disana. Dengan rasa penuh penasaran, Alfan segera melajukan sepeda motornya menuju halte itu. Alfan menyandarkan sepeda motornya dan menghampiri laki-laki itu.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar