Rabu, 27 Januari 2016

Karena Dirimu
Part 05
---------------
By. Aby Anggara
=========================

***

Denis pun ikut meliahat Ardi yang melambaikan tangan pada Igo, dan hal itu membuat Denis sedikit merasa tak rela. Entahlah mungkin itu rasa cemburu. Malam ini terasa begitu dingin Denis yang sejak tadi duduk di teras kamarnyapun memutuskan untuk masuk kedalam karna udara malam di luar yang sudah semakin dingin. Ia berjalan masuk dan mengunci pintu kamarnya itu, kemudian melihat ranjang tempat tidurnya beberapa detik lalu ia berjalan kearah ranjangnya dan mendudukinya.

Malam ini ia sengaja tak tidur di awal, karna ia ingin sekali mendapati Ibunya saat pulang kerja. Ia melihat jam dinding yang ada di kamarnya yang sudah jam 10 malam. Selama ini ia tak tau apa yang di kerjakan oleh orang tuanya hingga harus berangkat sangat pagi dan pulang hingga larut malam.

Hoam...

Denis menguap rasa kantuk yang begitu dasyat mulai menghampirinya, namun ia tak mau menyerah begitu saja, ia selalu berusaha agar tak tertidur sebelum orang tuanya pulang. Malam ini ia sangat ingin makan malam bersama kedua orang tuanya. Ia berjalan keluar kamar dan menuju ruang tengah, menyalakan tv agar rasa kantuk dapat sedikit terobati.

Denis memang sedang menatap layar tv itu, tapi ia sama sekali tak fokus pada acara yang sedang di tampilkan di layar tv itu.

Ting tong!

Suara bel rumahpun terdengar, dengan sedikit berlari Bi Ina menuju pintu depan untuk membukakannya.

"Bik tunggu!" kata Denis. Bi ina pun menghentikan langkahnya yang sudah tak jauh dari pintu itu. Denis menaruh remot tv diatas meja lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu depan.

"Biar aku saja Bik yang membukanya"

"Iya Den"

Bi Ina masih saja mematung memperhatikan Denis yang mulai membuka pintu itu, seketika tampak kedua orang tua Denis setelah pintu itu di buka.

"Mama, Papa?" ujar Denis menatap mereka bergantian.

"Kamu belum tidur sayang?" kata Melinda memegang kedua wajah Denis, lalu mengecup keningnya.

"Belum Ma, aku sengaja belum tidur karna ingin makan malam bersama"

"Mama capek, Mama mau istirahat sayang" ujar Melinda meninggalkan Denis yang masih berdiri didepan pintu.

"Tapi ma, Denis-"

"Sudahlah lain kali saja!" kata Melinda masih dengan berjalan menuju kamarnya. Lagi-lagi Denis merasa kecewa dengan sikap orang tuanya, permintaan makan malam bersama yang sering Denis ajukan belum sekalipun dikabulkan.

"Sabar ya sayang, anak Papa tak boleh cengeng!" kata Wiguna menepuk pundak Denis.

"Pa, apa mama tak pernah sayang sama Denis? Denis gak minta dibelikan barang mahal ko, dan Denis juga bukan minta uang banyak. Denis hanya ingin makan malam bersama Mama dan Papa satu kali saja, tapi kenapa Mama tak mau mengabulkan hal itu Pa?"

Wiguna menghapus air mata di pipi Denis yang baru saja mulai turun.

"Sayang.. Mama bukan gak sayang sama kamu, mungkin Mama benar-benar capek dan butuh istirahat. Jangan nagis lagi ya, yuk sekarang makan malam sama Papa?"

"Pokonya Denis gak mau Pa kalo cuma berdua, Denis maunya sama Mama dan Papa titik!" kata Denis lalu ia berlari meninggalkan Papanya di ruangan itu. Ia berlari menuju kamarnya dan membatingkan tubuhnya di ranjang yang begitu empuk. Ia kembali menagis kecewa atas sikap Melinda padanya.

"Sebegitu pentingnya kah pekerjaan Mama hingga tak pernah ada waktu buat aku?"

Tok tok tok.

"Den Denis?" panggil suara dari luar kamarnya. Denis segera menghapus air matanya dan berjalan membukakan pintu kamarnya.

"Ada apa Bik?"

"Bibi tau den Denis belum makan, ini Bibi bawain makan malam buat Aden" kata Ina sambil menyodorkan nampan berisi sepiring nasi dan segelas air putih. Denis melihat sepiring nasi itu lalu matanya kembali menitihkan air mata. Ia terharu dengan sosok Bi Ina yang selalu baik padanya, padahal ia sangat berharap yang melakukan ini adalah Ibunya sendiri, bukan bi Ina.

"Jangan nangis lagi Den, ayo di makan!"

"Maaf bi, tapi Denis sudah gak laper lagi!"

"Jangan gitu Den, nanti Aden bisa sakit lagi loh"

"Denis gak peduli bik, Denis sakit saja Mama tak pernah perhatian dengan Denis, mungkin kalau Denis mati mama baru akan perhatian dengan jasad Denis"

"Ya ampun Den istighfar! Ndak baik berbicara seperti itu"

"Bi maaf, Denis capek Denis mau istirahat!"

"Baik Den, maaf" dengan sangat kecewa Ina harus membawa kembali makanan itu kedapur, kali ini ia tak berhasil membujuk Denis.

Denis berbaring terlentang di ranjangnya dan memeluk sebuah bantal guling ungu diatas tubuhnya. Ia terasa begitu lelah malam ini dengan sikap orang tuanya. Ia berusaha memejamkan matanya agar tak merasa semakin sesak didada kirinya. Walau terasa sangat sulit baginya untuk tidur, tapi ia tatap tak mau membuka matanya, ia ingin malam ini berlalu dengan cepat dan berganti pagi yang ceria.

***

Hening!

Begitulah suasana rumah Wiguna pagi ini. Sebenarnya bukan hanya pagi hari saja rumah besar ini terasa begitu hening, saat siang dan sore hari juga terasa begitu hening. Apalagi di bagian ruang depan yang sangat jarang duhuni terasa begitu dingin walau ac diruangan itu tak di nyalakan.

Pagi-pagi sekali Bi Ina sudah disibukan dengan segudang aktivitasnya yang telah menunggunya setiap hari. Seperti pagi ini saja ia sudah disibukan untuk membuat sarapan untuk semua penghuni rumah ini.

Ia sibuk merebus air panas untuk membuat susu dan teh manis. Ia juga membuat nasi goreng untuk menu pagi ini. Cukup sederhana, namun inilah makanan kesukaan Rara.

"Sudah jam segini kok tumben si Ardi belum bangun?" Ina meninggalkan sebentar pekerjaanya karna ia ingin membangunkan anaknya yang ia rasa belum ada yang terbangun. Ia menuju kamar Ardi dan ketika membuka pintunya benar saja, Ardi masih tertidur pulas di ranjang keciknya yang hanya beralas kasur lantai yang begitu tipis.

"Ya mbok bangun toh le, sudah jam berapa ini?" kata Ina dengan sedikit mengguncang kaki Ardi. Seketika Ardi terbangun dan membuka matanya.

"Maaf buk, Ardi bangunya kesiangan"

"Yasudah ndak papa, bantu ibu ya le!"

Ardi lalu bngkit dari ranjangnya dan duduk di tepinya. "Bantuin apa buk?"

"Ibuk masih banyak pekerjaan di dapur, kamu tolongin ibu ya banguni den Denis!"

"Ya buk!"

Tanpa disuruh dua kali Ardi langsung menuju kamar Denis yang ada di lantai atas. Ia berjalan perlahan-lahan karna takut kehadiranya di ketahui oleh Rara yang sangat tak menginginkan dirinya bila berdekat dengan Denis.

"Den..? Den Denis?" sapa Ardi dari luar pintu kamarnya.

".........." hening tak ada jawaban.

Tok tok tok

"Den?" ucapnya lagi sedikit lebih keras.

"Ya.. Masuk!"

Ardipun masuk kedalam kamar Denis dan mendekati Denis yang masih berbaring di tempat tidurnya.

"Gimana keadaan Aden, apa sudah sembuh?" tanya Ardi sambil duduk di ranjang Denis.

Hoam...! Denis menguap masih merasa begitu kantuk yang ia rasakan. "Sudah ko Ar dan hari ini sudah bisa sekolah seperti biasa"

"Syukurlah, kalo gitu aku tinggal dulu ya Den?"

"Iya Ar.."

Ardi berjalan menuju pintu kamar dan meninggalkan Denis yang masih berbaring di ranjangnya.

"Ardi tunggu!" kata Denis tiba-tiba.

"Ada apa den?"

Denis tersenyum melihat wajah Ardi sosok yang mulai ia kagumi. "Gak papa Ar, makasih ya sudah bangunin aku?"

"Iya Den sama-sama" kata Ardi dibarengi dengan senyuman. Ardi segera menutup pintu kamar itu dan segera kembali kedapur untuk segera mandi dan bersiap-siap kesekolah.

Sarapan pagi sudah terhidang di meja makan. Ardi yang baru saja selesai berganti pakaian langsung menuju meja makan untuk mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan. Di meja makan sudah terlihat Rama beserta Ayahnya, sedangkan Ina tak ikut sarapan karna masih di sibukan dengan aktivitas lainya.

Mereka sarapan pagi bersama. Beginilah suasana setiap pagi di keluarga Mamat dan Supinah yang ada di rumah Melinda.

"Wah-wah masih pada sarapan nih?" kata Igo yang baru saja datang.

"Iya sini ikut sarapan sekalian nak Igo?" kata pa Mamat.

Igo berjalan menuju meja makan itu dan duduk dibangku kosong yang berada disebelah Paamat.

"Wah makasih Pak, Igo sudah sarapan di rumah" kata Igo. Kali ini Igo datang Ardi beserta yang lainya belum selesai dengan sarapan paginya, karna pagi ini mereka bangun kesiangan.

"Kak Igo cakep deh, wangi lagi pacarnya siapa sih?" celetuk Rama sambil memasukan sesuap nasi kedalam mulutnya. Sontak Igo dan Ardi bertatapan untuk beberpa detik karna pertanyaan Rama yang tak pernah mereka duga.

"Hehe ka Igo jomlo ko"

"Aha ha ha masa cakep-cakep jomlo sih kak?"

"Ye masa gak percaya, kalo Rama siapa pacarnya hayo?" kata Igo membalikan pertanyaan.

"Rama masih kecil kak belum boleh pacaran sama Ibuk, lah ka Igo tuh udah cakep, udah gede dan anak orang kaya masa iya jomlo?" kata Rama yang semakin memojokan Igo. Ardi terkekeh melihat Igo yang hanya melongo seperti orang bodoh.

Igo menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal, ia semakin terpojok dan tak bisa menjawab pertanyaan Rama. Dalam hati Igo sangat kesal dengan sikap Rama yang sudah membuat malu dirinya didepan Ardi dan Ayahnya.

"Rama gak boleh gitu ah gak baik" lerai Pa Mamat pada anaknya.

"Huh sukurin, makanya jadi anak kecil jangan kepo" gumam Igo dalam hati.

"Iya Yah maaf"

"Yasudah buruan habiskan makanya kita berangkat nanti kamu telat loh!"

Merekeka segera menghabiskan makanan yang ada di piring masing-masing, setelah itu Ardi bersiap-siap berangkat sekolah bersama Igo seperti biasanya.

***

Suasana rumah itu sudah tampak sepi walau masih di pagi hari. Denis yang baru saja datang di meja makan untuk melakukan sarapan pagi itu tak ada nafsu makan untuk durinya. Ia duduk di kursi itu sendirian. Makanan di atas meja itu masih begitu banyak nampaknya hanya Rara yang sudah sarapan lebih dulu, karna sering di kecewakan oleh Denis, pagi ini Rara tak seperti biasanya yang selalu menunggu Denis untuk sarapan bersama.

Sekali lagi Denis hanya memandangi makanan yang ada di atas meja itu lalu ia membenarkan tas yang ada di punggungnya kemudian bangkit menuju pintu depan rumahnya. Ia berdiri di depan pintu itu. Semuanya terasa begitu sepi dan nampaknya Rara juga sudah pergi lebih awal darinya.

Huf.. Denis menghela nafas panjang lalu melanjutkan langkah kakinya menuju motor kesayanganya yang masih berada di garasi.

Ia mengendarai sepeda motornya dengan kencang karna ia takut telat saat tiba di Sekolahnya. Hatinya begitu berbunga-bunga karna pagi tadi ia di bangunkan oleh Ardi. Sampai saat ini ia belum mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya, namun yang ia tau iya sangat bahagia saat berdua dengan Ardi, ia sangat rindu bila sehari saja tak berjumpa dengan Ardi.

Dalam perjalanan kesekolahnya wajahnya selalu dihiasi dengan senyuman indah yang selalu ia pancarkan. Namun senyuman itu seketika memudar saat ia baru saja memasuki pintu gerbang sekolahnya dan melihat Ardi yang sedang berdua dan bercanda dengan Igo.

Sejak dulu Ardi dan Igo memang selalu bercanda bersama, dan Denispun tak pernah mempermasalahkanya, tapi kali ini Denis merasa keberatan saat Ardi berdekatan dan bermain dengan Igo.

Denis segera memarkirkan motornya, lalu dari kejauhan ia menyaksikan Ardi yang tertawa bahagia bersama Igo.

"Sebenarnya ada apa dengan diriku, kenapa aku merasa tak suka melihat Ardi dekat dengan Igo? Apa kah aku benar-benar mencintai Ardi?" gumanya dalam hati.

Denis masih bingung dengan sikapnya sendiri akhir-akhir ini yang sangat berubah, bahkan ia belum menemukan jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dalam benaknya. Sekali lagi ia melihat Ardi yang sedang berdua bersama Igo, ia kemudian berjalan menuju kelasnya.

Ardi terawa sambil memegang perutnya karna menahan rasa sakit. Bagaimana tidak, ia sangat suka saat melihat Igo terpojok oleh tingkah Rama saat di rumahnya sedang sarapan tadi.

"Puasin aja ketawanya! Senang kan kalo liat aku menderita?" kata Igo kesal.

"Lagian kamunya lucu sih Go, masa bicara ama anak kecil aja kalah?"

"Iya Ar, kesel banget sama si Rama, kalo tadi gak ada Ayah mu udah aku cipok tuh bibir si Rama biar gak nyinyir terus, bila perlu sekalian aja aku pacarin biar dia tau gimana rasanya" kata Igo kesal.

"Eh sembarangan dia straight kali Go"

"Ya biarin aku akan buat dia belok" seketika Ardi berhenti dari tertawanya dan menatap Igo dengan tatapan serius.

"Eh jangan Go, nanti kalo dia belok juga siapa yang bakalan ngasih cucu ke Ibuk coba?"

"Ah gampang" jawab Igo ringan.

"Maksud kamu?"

"Ya kamu sama Denis lah yang nagis cucu buat Ibuk" kata Igo berbisik di telinga Ardi lalu ia berlari karna takut di hajar oleh Ardi.

Ardi mendengus kesal. "Woi jangan lari!" teriak Ardi. Ardipun tak mau kalah, ia ikut berlari mengejar Igo yang sudah berani berkata seperti itu padanya.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar