Rabu, 27 Januari 2016

Karena Dirimu
Part 13
--------------
By. Aby Anggara
=========================

***

"Malam Buk?" kata Igo santun.

"Eh Nak Igo, Ardinya lagi makan, sinih ikutan makan bersama, Ibu juga baru mau makan" Igo lalu masuk mengikuti lbunya Ardi. "Sinih duduk di sini!" Ibunya Ardi menarik kursi untuk Igo, namun Igo hanya ikut duduk saja tanpa ikut makan bersama.

"Ayo Nak Igo, Ibu ambilin ya?"

"Nggak Buk, gak usah Igo udah makan di rumah kok"

"Ayah, Ibuk, besok Ardi dan Den Denis mau liburan ke rumah Nenek ya? Soalnya Den Denis pengen liburan ke Desa, boleh ya Ardi ajak Den Denis ke rumah Nenek?" Ina dan Mamat seketika saling bertatapan, meraka sangat khawatir Rara pasti marah jika Ardi pergi bersama Denis.

"Apa ndak sebaiknya di pikir-pikir lagi Le? Nanti kalo Non Rara marah gimana? Tau sendiri kan sikapnya Non Rara kalo kamu dekat dengan Den Denis?"

"Yang di katakan Ibumu benar Ar, apa gak sebaiknya jangan?" Ayahnya ikut angkat bicara.

"Tapi Yah, kata Den Denis dia mau minta izin kok sama Non Rara"

"Yasudah kalo begitu gak papa. Buruan habiskan makannya!"

"Iya Buk"

"Kalo Kak Ardi mau kerumah Nenek, Rama ikut dong, kan Rama juga pengen ketemu Nenek" kata Rama antusias.

"Is apaan sih kamu itu masih kecil Rama, jadi gak boleh ikuta-ikutan segalak" serga Denis tak setuju.

"Buk.. Liat tuh Ka Ardi, masa Rama gak di bolehin ikut sih?" Rama terlihat kesal, bibirnya manyun dan ia melipat kedua tangan di perutnya.

"Yang di katakan Kakak mu benar Le, mending gak usah ikut ya?" kata Ina sambil membelai lembut rambut Rama.

"Tau ah, Ibu sama Ka Ardi sama-sama jahat" Rama turun dari kursi tempat duduknya dan meninggalkan makanan di piringnya yang belum habis.

"Buk Biar Igo saja ya?" kata Igo meminta izin untuk mengejar Rama saat Ina baru ingin bangkit dari tempat duduknya. Ina mengguk, namun pandanganya masih terlihat khawatir sambil melingak kearah pintu kamar Rama.

Ardi segera menghabiskan makan malamnya, setelah itu ia segera duduk di teras belakang. Ia terlihat melamun, menopang dagu dengan tangan kanannya. pandanganya kosong, ia sedang memikirkan Denis mendapat izin atau tidak dari Rara. Tapi ia sangat yakin kalau Denis pasti tak akan memdapat izin dari Rara.

"Kamu yakin Ar, mau ajakin Denis liburan ke tempat Nenek kamu di kampung?" Igo yang baru datang menepuk pundak Ardi dan duduk di sebelahnya.

"Iya Go, semoga Den Denis dapat izin dari Non Rara, karna aku sangat kasihan, sepertinya Den Denis memang lagi butuh liburan buat dairinya fres lagi, tau sendiri Den Denis selalu merasa tertekan dengan tingkah Non Rara?"

"Trus kalo Denis gak dapet izin dari Rara gimana?"

"Gak tau Go, tapi aku akan lakuin apa yang Den Denis minta, karna aku benar-benar sayang dia Go" sontak Igo menoleh Ardi dan bangkit dari tempat duduknya, ia berdiri di depan Ardi, dan ia memegang kedua bahu Ardi, mencengkeram dengan sangat kencang.

"Aku tau Ar kamu sayang sama Denis, tapi bukan begini caranya. Kalo Denis tak mendapat izin dari Rara dan kalian tetap pergi, itu sama saja bunuh diri Ar" Igo masih menatap Ardi murka, namun Ardi hanya diam dan menundukkan kepalanya. Igo melepaskan cengkraman tanganya, wajahnya masih menatap Ardi seperti tak rela Ardi akan meninggalkannya walau sebentar.

"Maafin aku Go, kalo keputusanku kali ini membuatmu kecewa, tapi aku akan melakukan apa saja untuk seseorang yang aku sayangi" Ardi berkata lirih, tatapannya menatap wajah Igo seolah meminta restu.

Hati Igo terasa semakin perih saat Ardi selalu rela melakukan apa saja demi Denis, seolah sudah benar-benar tak ada harapan lagi untuknya.

"Aku sudah memperingatkanmu Ar, jadi jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu padamu!"

Igo berjalan mundur beberapa langkah, kemudian ia pergi meninggalkan Ardi yang masih mematung memandangi kepergiannya.

"Go tunggu, Go!" Ardi berdiri dari tempat duduknya. Igo hanya mengangkat tangannya namun tak menoleh. Ia tetap melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Ardi.

***

Denis berjalan menuju kamar Rara yang berada tak jauh di sebelah kanan kamarnya, ia tau Rara saat ini ada di dalam kamarnya. Dengan ragu, ia mengankat tangannya untuk mengetuk pintu kamar Rara.

"Kak?" panggilnya pelan.

"Ya, masuk!"

Denis mendorong pintu kamar Rara yang tak terkunci, dengan penuh rasa takut ia memberanikan masuk dan duduk di tepi ranjang Rara. Rara terlihat sedang menulis sesuatu di meja belajarnya yang membelakangi Denis.

"Kak, Denis mau bicara sebentar" Denis menatap Rara dari belakang, Rara tetap saja sibuk dengan aktivitas menulis di buku yang ada di depannya.

"Bicara apa?" Rara tanpa sedikitpun menolehkan dirinya pada Denis.

"Aku dan Ardi besok mau liburan kerumah Neneknya Ardi Kak" Denis yang merasa takut, ia berbicara sangat lirih, namun di suasana yang sangat hening suaranya masih bisa di dengar oleh Rara.

Rara membantingkan pulpennya di atas meja belajarnya hingga membuat Denis terpejam kaget. Ia kemudian memutarkan tubuhnya menatap Denis yang saat itu sedang tertunduk.

"Kamu itu apa-apaan sih Nis? Berapa kali Ka Rara musti bilang, jangan main sama anak pembantu itu! Ini malah mau liburan lagi. Lupa dengan yang Kakak bilang kemarin? Jangan bergaul dengan cowok! Ngerti?"

"Kak Rara kenapa sih selalu saja larang Denis ini, larang Denis itu? Asal Ka Rara tau hal ini yang Denis paling gak suka dari Kakak. Pokoknya Denis gak mau di larang-larang sama Ka Rara lagi, Denis udah gede Kak dan Denis tau mana jalan yang musti Denis ambil"

Denis lalu pergi meninggalkan kamar Rara.

"Denis tunggu, Nis!"

Denis tetap berjalan tanpa menggubris panggilan Rara, ia sudah sangat kesal dengan tingkah Rara yang selama ini selalu saja mengatur jalan hidupnya. Ia masuk kekamarnya lalu mengunci pintu kamarnya.

Denis duduk bersandar di ranjangnya dengan mengigit kecil kuku jarinya. Ia melirik jam dinding yang terus berputr dan sepertinya ada yang harus ia bicarakan pada Ardi. Ia kembali menuju pintu kamarnya, menengokkan kepalanya memastikan tak ada Rara di jalan yang akan ia lalui. Sepi. Sepertinya keadaan aman, ia bergegas berjalan menuju kamar Ardi, tanpa mengetuk pintu ia langsung masuk.

"Maaf Ar aku buru-buru gak ketuk pintu lagi, habisnya takut ada yang liat" Denis berbicara terbata karna nafasnya yang masih belum teratur.

"Iya Nis gak papa, duduk!" Ardi menepuk kasur lantai di sebalah tempat ia bersandar. Denis duduk di sebelahnya.

"Giamana Nis, sudah izin dengan Non Rara?" Ardi menatap Denis, Denis diam.

"Ka Rara gak ngasih izin Ar, tapi kita akan tetap kesana kan? Aku bosan di rumah terus Ar, sesekali aku ingin suasana yang berbeda" Denis memegang tangan Ardi, tatapannya penuh harap.

"Iya Nis, kita tetap akan kesana kok, aku akan selalu buat kamu nyaman dan bahagia" Denis tersenyum, lalu meluk Ardi.

"Makasih ya, sayang?"

Ardi mengguk di pelukan Denis, lalu melepas pelukannya.

"Besok kita pergi sangat pagi, supaya Ka Rara belum bangun. Biasanya kalau hari libur Ka Rara suka rada telat bangunnya. Saat ini aku cuma punya uang satu setengah juta, cukup?"

"Iya Nis cukup banget kok. Sekarang kamu tidur ya udah malam, besok kita akan melakukan perjalanan jauh, jadi malam ini musti banyak istirahat!"

Denis mengguk lalu wajahnya mendekat ke wajah Ardi. Perlahan Ardi memejamkan matanya dan tak lama ia bisa merasakan rasa hangat yang menempel dibibirnya. Mereka saling melumat sesaat lalu Denis melepasnya.

"Aku kekamar dulu ya Ar, kamu bobok ya!"

"Iya Nis"

Denis kemudian keluar kamar Ardi dan menuju kamarnya.

***

Denis bangun sangat pagi, ia sudah siap dan rapi. Ia menatap wajahnya di kaca lalu tersenyum. Kebahagiaan kini selalu ia rasakan saat ia bisa bersama Ardi. Denis segera membawa tas yang berisi dua stel baju, lalu turun dan menuju kamar Ardi. Di di dapur ia bertemu dengan Ibunya Ardi yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk pagi ini.

"Bik, Denis dan Ardi boleh kan berlibur ke tempat Neneknya Ardi di Kampung?" Ina yang sedang memasak mengecilkan api kompornya lalu mendekati Denis.

"Boleh dong Den, tapi bagaimana dengan Non Rara, Tuan dan Nyonya?"

"Tenang saja Bik, Mama dan Papa gak pernah ngurusin Denis, jadi mereka gak akan peduli Denis kemanapun. Kalo Ka Rara, semalam Denis udah izin, tapi..." Denis tak melanjutkan perkataanya, ia menundukan kepalanya dan terlihat seprti patah semangat.

"Tapi kenapa Den?"

"Ka Rara gak ngijinin Denis Bik" katanya tak bersemangat.

"Nanti kalo Den Denis tetap pergi, Non Rara marah gimana Den?" Ina terlihat panik. Denis mendekat Bi Ina dan memegang tangan kanan Bi Ina.

"Bik boleh ya Bik, izinin aku dan Ardi pergi? Boleh ya?" Denis mengguncang-guncang tangan Ina. Ina terlihat bingung dan pandangannya kosong menatap lurus kedepan. Ia sangat khawatir karna Rara pasti akan murka dengan anaknya.

"Iya Buk, izinin kita ya Buk?" kata Ardi ikut memohon. Bu Ina menatap Ardi dan Denis secara bergantian dengan wajah bingung.

"Yasudah kalo memang kalian benar-benar ingin pergi"

"Ye..." ujar Denis riang.

"Aku dan Den Denis berangkat dulu ya Buk?" Ardi menyalami Ibunya lalu mencium tangannya, begitu pun dengan Denis ikut menyalami Ibunya Ardi.

"Hati-hati ya Le!"

Ardi dan Denis tersenyum lalu menuju kearah depan.

Mereka sangat bahagia, di wajah Denis sangat jelas senyum kebahagiaan yang tak mampu ia sembunyikan. Mereka berjalan kedepan gerbang dan menunggu mobil yang lewat yang akan mengantarkan mereka keterminal.

"Aku sangat bahagia pagi ini Ar, dan itu semua karna kamu" Ardi tersenyum tulus, tak ada hal yang membuatnya bahagia selain melihat orang yang ia cintai bahagia.

"Aku juga bahagia Nis, dan itu semua juga karna kamu. Kita akan selalu sama-sama kan? Kita juga tak akan berpisah kan?" ucapan Ardi bagai orang yang akan berpisah jauh dengan Denis, ia tak rela sedikitpun jika sosok Denis akan menjauh darinya.

"Kenapa kamu berkata seperti itu Ar? Kita akan selalu bersama, dan aku akan selalu menjagamu walau bagai manapun keadaanmu" Ardi menghela nafas legah, ia akan selalu mengingat kata-kata Denis yang akan selalu menerima apa adanya.

"Terima kasih Nis, aku tak butuh yang lainnya, kata-kata itu sudah sangat cukup membuatku bahagia"

"Aku janji Ar, dan kamu harus percaya denganku. Itu mobilnya sudah datang Ar"

Mereka tampak bersiap-siap. Denis mengangkat tangan kanannya dan mobil itu pun berhenti.

"Kamu naik duluan Ar!" Ardi tersenyum lalu naik ke mobil, kemudian di iringi dengan Denis. Mereka duduk di bagian paling belakang. Suasana terasa sangat lengah pagi itu, hingga membuat mobil melaju dengan tenang.

Tak perlu waktu lama mereka sudah sampai di terminal. Masih sangat pagi dan Denis melihat loket pun masih tutup.

"Kita kesana dulu Ar, kamu sarapan dulu ya? Kamu harus makan karna aku gak mau kamu sakit" Ardi terkekeh.

"Kamu lebay Nis"

"Biarin, aku lebay karna kamu. Karena dirimu yang membuat aku selalu rindu padamu, karena Dirimu yang mampu membuat aku tak berhenti memikirkanmu dan karna dirimu yang selalu membuat aku bahagia" Ardi lalu berhenti berjalan dan memandang Denis. Tatapannya sangat meneduhkan hati Denis.

"Aku sungguh beruntung bisa mendapatkanmu Nis, aku gak akan melepaskanmu walau dengan waktu sedetikpun, dan aku gak akan pernah rela jika aku kehilanganmu"

"Kamu tu ya emang paling bisa ya kalo di suruh merayu" Denis mencolek hidung Ardi lalu berlali meninggalkan Ardi.

"He... Tunggu, jangan lari!" Ardi ikut berlari mengejar Denis yang sudah lebih dulu meningglkanya.

Mereka makan pagi di sebuah warung sederhana yang terletak di pinggir terminal, diwarung itu hanya seorang Nenek yang menjaganya dan hanya tersedia beberapa jenis gorengan yang masih hangat. Keadaan terminal pagi itu masih sangat sepi, bahkan di warung sederhana itu hanya mereka berdua yang singgah.

"Silahkan Den" ujar Nenek tua pada saat menaruh gorengan yang masih hangat.

"Iya Nek, makasih" Ardi mengguk ramah.

"Oya Nek, aku pesan susu hangatnya dua gelas ya? Yang kental tapi jangan terlalu manis" kata Denis, Ardi mengerutkan keningnya.

"Iya, tunggu sebentar ya Den?"

"Kamu kenapa Ar?"

"Lucu aja sama kamu, masa susu kental jangan terlalu manis? Kalo kental itu sudah pasti manis kali Nis" Ardi mengambil sebuah pisang goreng lalu memakannya.

"Yee biarin lah, kan susunya memang tak perlu manis-manis, kan sudah ada kamu yang manis"

Uhuk uhuk... Ardi tersedak saat sedang minum air mineral gelas yang sudah tersedia di atas meja.

"Ah.. Kamu Nis pagi-pagi sudah ngegombal mulu, bikin aku tersedak kan?"

"Nih Ar tissu, tuh bibir kamu belepotan!"

"Iya kah?" karna merasa malu, dengan cepat Ardi mengambil tissu yang di beri Denis, lalu membersihkan mulutnya.

"Ini Den susunya" ujar Nenek meletakkan di atas meja.

"Makasih Nek"

Mereka sedikit lebih lama menghabiskan waktu di warung itu, hingga tanpa terasa matahari sudah mulai terasa hangat. Mereka berjalan menuju loket untuk membeli tiket.

"Nis bawain tas aku dong berat ni" kata Ardi dengan nada manja, Denis yang berjalan sedikit lebih depan menoleh Ardi lalu menggelangkan kepala.

"Dasar anak manja" Denis meraih tas Ardi lalu mengusap rambut Ardi lembut.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar