Rabu, 27 Januari 2016

Percintaan Sedarah
Epesode 03
------------
By. Aby Anggara
====================

*-*-*

Suasana pagi itu terlihat sangat cerah, mentari pagi telah bersinar terlihat sangat indah dengan sinar kuning keemasannya. Pagi ini Alfin terlihat sedang sibuk membersihkan rumahnya sebelum berangkat ke sekolah. Semenjak Ibunya mengalami sakit, Alfin sudah mulai terbiasa terlibat dengan pekerjaan rumah yang seharusnya menjadi pekerjaan seorang wanita. Sebenarnya sang Nenek sudah sering melarangnya agar ia tak usah repot-repot membersihkan rumah atau yang lainya, namun ia tak tega jika semua pekerjaan rumah di bebankan pada Neneknya.

Tin...!!!

Suara klakson motor terdengar panjang dan sangat nyaring di depan rumah Alfin, ia segera meletakan sapunya dan berjalan menuju pintu depan. Ia tersenyum saat melihat sosok Alfan yang sudah berada di depan rumahnya.

"Ka Alfan cepat amat sudah sampai sini?" tanya Alfin keheranan, karna ia tak menyangka jika Alfan akan datang lagi kerumahnya.

"Jadi gak boleh nih, ngajakin berangkat Sekolah bareng?"

"Bukan gitu Kak, tapi kan takutnya ngerepotin Kakak"

"Udah tenang saja kok, kalo Kakak ngerasa direpotin, ngapain coba pagi-pagi udah sampai sini?"

"Yaudadeh kalo gitu, bentar ya Kak, Alfin mau ambil sepatu dulu?" Alfan mengangguk dan Alfin segera berjalan menuju kamar Ibunya.

"Alfin berangkat sekolah dulu ya, Buk?" ujar Alfin menyalami tangan Ibunya.

"Hati-hati ya Nak!"

"Iya Buk. Nek titip Ibuk ya?" Alfinpun menyalami Neneknya yang ada di sebelah Ibunya.

"Iya Fin, belajar yang bener ya!"

Alfin segera keluar kamar Ibunya dan menyambar sepatunya kemudian dengan cepat memakainya saat berada di depan pintu rumahnya.

Alfin segera duduk di belakang Alfan dan mereka berangkat bersama. Saat telah sampai di sekolah Alfin segera turun dan tersenyum bahagia.

"Em.. Ka Al, boleh gak minta nomor ponselnya Alfin?" tanya Alfan yang tak mau terlupakan lagi.

"Maaf Kak bukanya gak mau ngasih, tapi hp nya Alfin baru di jual beberapa hari yang lalu" jawabnya jujur.

"Oh.. Yasudah kalo gitu"

"Alfin kekelas dulu ya Kak?"

"Oke, sampai nanti"

Alfin segera menuju kelasnya, baru saja menaruhkan tasnya, ada seorang laki-laki yang mendekatinya.

"Fin, kamu di panggil Pak Zumar di tunggu di ruang guru" ujar lelaki berambut ikal dan berkulit hitam yang belum ia kenal secara akrab.

"Iya saya kesana, makasih ya?" laki-laki itu mengangguk dan Alfin langsung saja menuju ruang Guru. Dengan rasa cemas, takut dan juga deg-degan bercampur saat ia berjalan menuju ruang Guru, karna ia juga tak tau apa sebabnya ia bisa sampai terpanggil.

"Selamat pagi Pak?" sapa Alfin ramah saat baru saja memasuki ruangan itu.

"Pagi, silahkan duduk!"

"Maaf Pak, apa benar Bapak memanggil saya?"

"Iya Fin. Em... Begini, kamu kan siswa baru disini, jadi wajib mempunyai seragam olah raga, batik dan juga seragam muslim"

"Gitu ya Pak, kira-kira aku harus bayar berapa ya Pak?"

"Total semuanya 550.000,- Fin, tapi gak harus sekali gus kok, kamu boleh bayar setengahnya aja dulu kalo keberatan" mata Alfin membulat saat mendengar jumlah yang harus ia bayar, mana mungkin ia bisa membayar sebanyak itu, untuk membeli obat Ibunya saja ia tak mempunyai uang.

"Baiklah Pak, nanti aku usahain" Alfin kemudian kembali kekelasnya, kepalanya terasa sangat pusing memikirkan biaya yang harus ia keluarkan. Di tambah lagi perutnya terasa sakit karna ia juga belum sarapan dari rumahnya. Alfin kembali duduk di kursinya yang saat ini Reza sudah ada di kursi sebelahnya.

"Kamu kenapa Fin?" tanya Reza perhatian saat melihat Alfin yang sedang memegangi perutnya.

"Gak papa kok Za, cuma sedikit mulas doang"

"Kamu lapar?"

"Bukan lapar Za, tapi mulas saja mungkin karna tadi aku makan terlalu pedas. Yaudah aku ke toilet dulu ya Za?" jawabnya berbohong.

"Iya" ujar Reza sambil mengerutkan keningnya dan memandangi Alfin yang jalan terburu-buru dan menghilang di balik pintu.

Alfin kemudian keluar dari kelasnya dan berjalan menuju bangku yang terletak tak jauh dari Kantin. Ia duduk sambil melamun dengan kepala yang sibuk memikirkan sesuatu.

"Kenapa cobaan hidupku begitu berat ya Allah? Aku bingung harus berbuat apa. Ibuk butuh uang buat berobat, sedangkan aku butuh uang juga buat bayar seragam sekolahku. Mana keperluan dirumah juga habis sampai-sampai Nenek tidak membuat sarapan pagi ini. Astaghfirullah kenapa semenjak di tinggal Ayah semuanya jadi gini? Aku sungguh merasa tak berguna, laki-laki macam apa aku ini yang tak mampu merawat Ibu dan Nenek? Apa aku berhenti sekolah saja dan bekerja supaya dapat uang buat berobat Ibuk? Toh aku hanya anak miskin yang tak layak bersekolah?"

Beban yang sangat berat yang harus di pikul seorang diri itu membuat Alfin menitihkan air matanya, ia merasa cobaan ini terlalu berat untuknya. Bagai mana tidak, selain menjadi anak yatim, Alfin saat ini harus menjadi tulang punggung menggantikan Ibunya yang sedang sakit. Selain itu ia juga harus bisa membagi waktu belajar dan tugas rumah yang lainnya.

Tak selamanya hidup seseorang akan bahagia, tak selamanya mereka selalu tertawa, dan tak selamanya keberuntungan berpihak pada semua orang. Sedih, bingung dan juga ketakutan yang dirasakan Alfin saat ini, ia sering mengeluh setelah di tinggal Ayahnya. Ayah yang dahulu selalu mengantarkannya ke Sekolah, Ayah yang selalu memanjakannya sekalipun rasa lelah saat baru pulang dari kerjanya. Namun semuanya saat ini tinggal kenangan yang tak pernah terlupakan olehnya, sosok Ayah yang selalu bertanggung jawab walau hidup dalam kesederhanaan.

Alfin berjalan keluar pintu gerbang sekolahnya yang belum tertutup karna memang jam pelajaran belum di mulai. Ia menaiki sebuah angkot menuju pemakaman umum dimana Ayahnya di makamkan. Sesampainya di sana, ia segera menuju pemakaman Ayahnya. Mengusap batu nisan yang bertuliskan nama seseorang yang selalu mengajarkannya kesabaran. Air matanya jatuh menetes di pemakaman Ayahnya, Alfin menangis tertahan tanpa suara.

"Yah...? Apa Ayah bahagia di sana hingga tak mau berkumpul lagi sama Alfin, Mama dan juga Nenek? Apa Ayah sudah lupa sama kita semua? Alfin sangat rindu sama Ayah. Sudah beberapa hari Ibu sakit dan tak kunjung sembuh Yah. Alfin bingung gak punya uang buat berobat Ibuk, dan maafin Alfin jika Alfin gak bisa jagain Ibu dengan baik Yah. Ayah dengerin Alfin gak sih Yah? Alfin harus bagai mana Yah?"

Wajah Alfin tertunduk tak bersemangat saat ia tak mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaanya, ia kembali mengangkat kepalanya menatap gundukan tanah yang saat ini berada di depannya. Bibirnya bergetar seperti ingin mengatakan sesuatu, namun lidahnya sudah terasa keluh dan tak lagi mampu mengatakan semua itu. Ia kemudia beranjak dari tempat duduknya, dan berjalan mundur menjauh dari makam Ayahnya. Setelah beberapa langkah, ia memutar tubuhnya dan berjalan menuju pintu keluar. Namun sebelum ia benar-benar meninggalkan Area pemakaman itu, sekali lagi ia menoleh kebelakang dan memandangi gundukan tanah yang sudah beberapa tahun menimbun jasad Ayahnya itu. Ia tersenyum walau dalam tangisannya, lalu ia benar-benar meninggalkan area pemakaman itu.

Alfin merogoh saku celananya, jemari tangannya tak lagi menemukan sejumlah uang di dalam saku celananya. Ia menghembuskan nafas kasar saat mengingat ia sudah tak mempunyai uang sepeserpun. Saat ini ia hanya bisa berjalan kaki, karna sudah tak mempunyai uang untuk membayar jasa angkot. Ia terus berjalan tanpa tujuan, menusuri kota yang sangat padat penduduknya. Saat terasa lelah ia duduk di sebuah kursi yang terbuat dari papan, matanya tertuju pada sebuah gudang yang didepannya terdapat sebuah mobil truk yang sedang mombongkar muatannya. Alfin tersenyum saat tiba-tiba mendapatkan sebuah ide, ia berjalan mendekati gudang itu.

"Ayo cepat sedikit suda mau hujan!" seru seseorang yang hanya mengawasi orang-orang yang sedang memikul karung dari mobil menuju gudang. Sontak semua pengangkut beras itu bekerja lebih cepat lagi setelah mendengar seruan pengawasnya.

"Maaf Pak, saya boleh ikut kerja disini?" tanya Alfin pada seseorang yang ia kira pasti mandor disini. Alfin masih menatap wajah laki-laki dewasa itu dengan penuh harap. Laki-laki dewasa itu menatap Alfin dari atas hingga kebawah, ia menggelengkan kepala heran saat melihat Alfin yang masih memakai seragam sekolahnya.

"Hahahaha" ujarnya menimpali pertanyaan Alfin.

"Kenapa Pak?" tanya Alfin yang tak mengetahui maksud dari tawanya.

"Mau kerja disisini, gak salah? Badan kurus dan masih anak-anak. Mana kuat mengangkat beras yang beratnya pasti melebihi berat badan kamu" ejek laki-laki itu. "Kalo disuruh sekolah ya mending sekolah saja, kasian orang tua yang sudah membiayaimu" lanjutnya.

"Tapi Pak, saya benar-bener lagi butuh-"

"Ah... Sudah! Jangan ganggu saya kerja!" ujarnya memotong pembicaraan Alfin yang belum selesai. Alfin tiba-tiba terdiam dan tak berani lagi menimpali perkataan laki-laki itu. Ia kemudian menjauh dan kembali berjalan mengikuti langkah kakinya yang tak tau harus kemana.

Entah sudah berapa lama Alfin berjalan, bahkan ia sudah tak tau lagi saat ini berada di mana. Hari sudah muli gelap dan ia duduk didepan sebuah ruko yang sudah di tutup oleh pemiliknya. Ia memegangi perutnya yang terasa sangat pedih karna seharian ini sama sekali belum terisi makanan. Tiba-tiba orang yang lewat didepnnya menjatuhkan uang lima ribu rupiah tepat didepannya. Alfin membulatkan matanya dan dengan cepat ia mengambil uang itu.

"Hey..?" panggil Alfin pada seseorang yang telah memberi uang padanya. Orang itu menoleh Alfin, lalu Alfin berlari kecil menuju laki-laki itu. "Maaf saya bukan pengemis" ujar Alfin sembari mengembalikan uang yang tadi di campakkan didepannya.

"Maaf saya tidak tahu, saya kira kamu pengemis"

"Yasudah tidak apa-apa" Alfin kemudian meninggalkan laki-laki itu dan kembali lagi berjalan menyusuri keramaian kota. Tubuhnya terasa sangat lemas hingga untuk berjalanpun ia sudah benar-benar tak sanggup lagi. Ia kembali duduk di sebuah kursi yang terletak di depan ruko yang berbeda, dan ia semakin kencang memegangi perutnya yang terasa seperti ditusuk-tusuk oleh jarum.

Alfin tercengang saat ada sebuah tangan yang memberinya sebungkus roti tepat di depan wajahnya, ia tak langsung mengambil roti itu, melainkan menoleh wajah pemilik tangan yang sedang berada di depannya. Seorang laki-laki muda berwajah tampan yang kira-kira usianya sama dengannya dan berambut lurus tapi sedikut pirang yang sedang tersenyum kearahnya.

"Ambil saja, gue tau lo sedang kelaparan kan" kata laki-laki itu.

"Tapi kenapa kamu baik dengan saya, padahal kita belum saling kenal?" tanya Alfin masih kebingungan. Laki-laki itu meraih tangan Alfin dan menaruh sebungkus roti yang dari tadi ia acungkan.

"Baik pada orang tak harus kenal dulu kan?" jawabnya enteng.

"Iya juga sih, makasih ya"

"Tidak usah berterima kasih.. Ini minumnya!" laki-laki itu kembali memberikan sebotol air meneral pada Alfin.

"Sekali lagi terima kasih, namaku Alfin"

"Baiklah, nama gue Andre. Sepertinya lo lagi dalam masalah?" tanyanya lagi. Alfin menundukkan kelpalanya dan ia kembali teringat dengan kesedihan yang sedang melanda keluarganya.

"Iya.. Aku memang sedang dalam masalah"

"Ceritakan saja, siapa tau gue bisa bantu!"

Alfin kembali menundukan kepala, menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya dengan perlahan.

"Sebenernya aku lagi butuh uang buat keperluan keluarga dan juga biaya sekolahku"

"Gue bisa bantu lo buat mendapatkan uang dengan mudah"

"Benarkah, kamu gak bohong kan?" ujar Alfin antusias. Alfin masih menatap wajah Andre tak sabar mendengar jawaban darinya.

"Gue serius" singkatnya.

"Memangnya pekerjaanya apa?"

"Sudah.. Makan saja dulu, nanti gue bakalan ajak lo kesana"

Denga penuh semangat Alfin segera memakan sebungkus roti yang dari tadi sudah di tangannya, berharap setelah ini ia tak merasa kelaparan lagi.

Alfin kemudian berjalan mengikuti Andre menuju mobilnya, mereka segera menaiki mobil putih yang terletak di pinggir jalan tak jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Andre segera melajukan mobilnya kesebuah tempat. Sesampainya di sana, mereka turun dan memasuki sebuah gedung. Saat baru saja tiba di pintu masuk, pandangan Alfin segera menyapu semua isi di ruangan itu, pemandangan yang seumur-umur belum pernah ia lihat. Ruangan yang semua isinya adalah orang laki-laki. Ia tak dapat melihat semua wajah orang-orang yang ada di ruangan itu, karna diruangan itu cahayanya sedikit redup dan dihiasi dengan lampu berkelap-kelip dengan indahnya.

"Tunggu di sini ya!" ujar Andre lalu meninggalkan Alfin sendirian. Andre menghampiri seorang laki-laki dewasa yang sedang duduk sendirian dengan kepala mengangguk-angguk mengikuti irama musik.

"Hei.. Sendirian saja ni Om?"

"Hei Andre, iya nih lagi kesepian"

"Mau ditemenin gak? Ada barang baru Om, brondong masih perjaka loh" ujar Andre berbisik di telinga laki-laki itu.

"Beneran? Mana?" tanya laki-laki itu penuh semangat.

"Andre mau denger harga dulu dong Om"

"Mau berapa, 5 juta? Atau 10 juta?"

"Ets.. Kalo Om cuma brani segitu, Andre bakalan kasih ke yang lain loh"

"Liat dulu dong, baru Om brani kasih harga tinggi"

"Coba liat cowok yang pake seragam sekolah di sana!" ujar Andre menoleh Alfin. Laki-laki dewasa itu lalu tersenyum nakal dengan menggigit bibir bawahnya.

"20 juta" ucap laki-laki itu dengan mantap.

"Diel" Andre menyalami tangan laki-laki itu kemudian meninggalkannya dan kembali menghampiri Alfin.

"Yuk ikut gue!" ujar Andre. Dengan polosnya Alfin kemudian berjalan mengekor di belakang Andre.

"Halo anak manis.." sapa ramah laki-laki dewasa itu pada Alfin saat mereka baru saja datang di mejanya.

"Kita mau ngapain disini Ndre?" tanya Alfin polos yang memang tak mengerti maksud Andre.

"Sudah tenang saja, nanti lo juga bakalan tau kok. Gue tinggal dulu ya, disini saja temenin Om Irwan!"

"Tapi aku takut disini Ndre" Andre tak menggubris ucapak Alfin, ia tetap saja pergi meninggalkan Alfin. "Tunggu Ndre aku ikut" ujar Alfin lalu ia bangkit dari tempat duduknya.

"Mau kemana anak manis? Disini saja!" ujar Om Irwan sambil memegang tangan Alfin yang sudah beranjak dari tempat duduknya.

Bersambung...

2 komentar:

  1. PROMO HADIAH indonalo SPESIAL UNTUK KALIAN PECINTA

    BOLA ONLINE. DISINI KAMI AKAN MEMBERIKAN HADIAH HIBURAN UNTUK KALIAN DALAM FITUR

    PERMAINAN TEBAK SCORE DI SETIAP MINGGUNYA.

    MAINKAN DAN MENANGKAN HADIAH TOTAL 500,000.00 RUPIAH TANPA DI UNDI!

    Hadiah dari tebak skor ini adalah total IDR 500rb di bagi rata ,Contoh :
    - jika ada 1 pemenang hadiah IDR 500rb
    - jika ada 5 pemenang hadiah masing - masing @IDR100.000
    - Jika ada 10 pemenang hadiah masing - masing @IDR50.000

    SYARAT DAN KETENTUAN : ( Promo Tebak

    Skor Indonalo
    )

    KONTAK PERSON INDONALO

    Telp/WA : +85515416144
    Line : Cs_Indonalo
    Livechat : indonalo

    Kunjungi juga blog Prediksi Togel Terjitu dibawah ini Yang Telah banyak di pakai oleh

    pemain Togel Online Maniak.....

    Prediksi TOgel Online

    Agen Judi Poker

    BalasHapus