Kamis, 14 Januari 2016

KAKA ANGKATKU
Part 09
By: Aby ILham Anggara

--

--PUTRA POV--

Aku berjalan menuju teras kamarku berniat mau menelpon kak Bima, namun rasanya tak nyama bila terdengar dengan kak Davis. Segera kuputuskan untuk keluar dari rumah. Baru saja kunyalakan ponselku beberapa kali nada BBM berbunyi dan segera kubuka. Ternyata dari tadi kak Bima menelponku. Aku segera menelpon kak Bima.

"Halo kak, maaf ya tadi hp Putra gak aktif" Kataku membuka obrolan.

"Kamu kemana aja si Put, tumben amat hp pake gak aktif segala?"

"Putra baru saja pulang jalan kak sama kak Davis, dan kak Davis yang nyuruh matiin hp nya kak" Jawapku polos.

"Jalan sama Davis?" Kata kak Bima kaget. Kok kak Bima kaget gitu ya dengar aku abis jalan ama kak Davis? Apa kak Bima cemburu? Ah kek nya gak mungkin deh kan kak Bima straight.

"Loh kok kak Bima kaget gitu dengernya memang ada apa kak? Iya kak Davis sekarang ada di sini kak, tadi pulang sekolah dia langsung kesini dan katanya mau nginep disini malam ini kak"

"Putra kamu gak tau sebenarnya Davis itu ada niat jahat sama kamu!!" Jelas kak Bima dengan nada sedikit tinggi.

"Jahat? Kakak ngomong apa sih, kak Davis baik ko sama Putra, malah tadi Putra di beliin es krim sama kak Davis"

"Putra percaya deh sama kak Bima, si Davis itu ada niat gak baik sama kamu Put!!"

"Kakak kok malah jahatin kak Davis gitu sih kak? Uda ah Putra ngantuk, Putra mau tidur" Panggilanpun langsung kututup. Aku masih bingung dengan omongan kak Bima tadi, kok bisa bilang kak Davis jahat? Padahal kak Davis baik kok dengan Putra. Ah sudahlah lupakan semoga saja apa yang di katakan kak Bima tidak benar.

Aku segera kembali kekamar karna aku tak mau kak Davis menungguku terlalu lama di sana. Kulihat Kak Davis masih saja berbaring dengan posisi semula, aku berjalan medekat dan duduk di sebelahnya.

"Kak maaf ya, tadi aku tinggal sebentar"

"Sekarang kita tidur yuk udah malem!!" Aku hanya mengangguk berjalan mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur. Kenapa aku merasa takut saat aku baru membaringkan tubuhku di sebelah kak Davis? Aku teringat apa yang di katakan kak Bima. Apa benar kak Davis ada niat jahat denganku? Tapi niat apa? Ah semoga apa yang dikatakan kak Bima gak benar.

Malam ini aku sangat gelisah tak seperti biasanya. Aku tidur terlentang menghadap langit-langit kamarku dengan mata enggan terpejam. Aku merasa ada sesuatu yang meraba di selakanganku, dan aku segera menoleh kearah kak Davis ia pun mendekatkan mukanya ke mukaku. Perlahan muka kak Davis mendekat hingga suara nafasnya yang tak teraturpun terdengar sangat jelas.

Kak Davis mau ngapain ya? Aku sangat takut dan aku tak mau rasa sesalku yang dulu terulang lagi. Akupun segera bangun dari posisi tidurku.

"Loh kenapa bangun Put?"

"Gak papa kok kak"

"Putra ayolah... Kita senang-senang malam ini, Kakak pengen ngelakuin ini sama kamu Put" Ucapnya memegang tanganku.

"Kak Davis apaan sih, asal kakak tau Putra belum pernah ya kak ngelakuin hal-hal yang aneh-aneh" Aku mulai emosi di buatnya dan ternyata yang di bilang sama kak Bima benar. Aku masih duduk diam mematung disini, dan aku sangat takut kalo kak Davis sampe melakukan hal yang nekat.

"Justru itu yang kak Davis mau karna kak Davis tau kamu belum pernah melakukan itu dan kak Davis akan melakukan untuk yang pertama buat kamu Put" Ternyata kak Davis benar-benar gila ya, dia menginginkan tubuhku.

"Kak Davis jangan macem-macem ya, Putra panggilin ayah dan kak Davis pasti di usir"

"Iya iya kakak gak bakalan ngapa-ngapain kamu kok, kak Davis pamit pulang dulu ya karan besok musti sekolah" Kak Davis beranjak dari tempat tidurnya dan berlalu.

"Hati-hati di jalan ya kak!!" Dia hanya diam tak menjawab perkataanku.

***

--BIMA POV--

Davis sekarang ada di tempat Putra? Gawat gimana keadaan Putra sakarang ya? Gue yakin banget Davis pasti ada niat yang gak baik dengan Putra. Put kenapa kamu gak percaya dengan kakak sih, kak Bima khawatir sama kamu Put. Ah sudahlah semoga semuanya baik-baik saja.

Semenjak Putra ikut kedua orang tauanya, kamar ini jadi sepi tanpa kehadiranya. Aku kangen banget sama Putra, pengen ngobrol bareng becandaan bareng dan yang paling aku kangeni adalah sikapnya yang suka ngambek. Aku seneng banget kalo dia lagi ngambek bukan keliatan serem tapi malah lucu.

Put, dulu memang kakak benci banget sama kamu dan gak pengen kamu ada disini, tapi setelah kamu kabur dari rumah kak Bima merasa bersalah dan pengen kamu selalu ada disini di dekat kak Bima Put. Apalagi kakak sudah janji akan selalu jaga kamu dan ngelindungi kamu, tapi saat ini kamu sangat jauh disana Put.

Pas waktu kedatangan Ayah dan Ibu kamu, kak Bima sangat sedih, karna kak Bima tau kita pasti akan berpisah. Kak Bima hampir tiap malam nangis mikirin kamu Put, kak Bima kangen sama kamu dan ingin peluk kamu.

Tapi entahlah akupun tak mengetahuinya, semenjak Putra kabur dari rumah aku jadi anak yang sangat cengeng menurutku. Aku jadi sering menagis, jadi perhatian kedia dan yang paling kutakutkan adalah takut kehilangan dia. Tapi ternyata benar-benar jadi kenyataan dan saat ini aku kehilangan dia. Gak! ini gak boleh terjadi aku gak mau kehilangan Putra, aku tak tau ini rasa apa, yang pasti aku ingin selalu bersamanya dan aku akan minta izin ke mama dan papa setelah sekolahku yang sebentar lagi selesai aku akan kuliah dan kos di dekat rumah Putra agar aku bisa selalu bersamanya. Put tunggu kakak ya? Kak Bima sayang sama kamu Put.

***

"Pagi ma?"

"Pagi juga sayang" Kata mama menyambutku.

"Loh papa mana ma kok gak ikut sarapan?"

"Hari ini papa berangkat siang jadi masih santai dikamar" 'o' Aku hanya mangut-manggut.

"Oya ma, hari minggu besok Bima mau ketempat Putra boleh ya ma? Bima kangen sama adek Bima yang semata wayang ma"

"Boleh dong, sekalian bawa surat pindah sekolahnya Putra ya, kasihan kan dia belum masuk sekolah. Tapi apa sudah tau alamatnya Putra Bim?"

"Yes! Gampang ma, nanti Bima bisa minta kok alamatnya sama Putra. Makasih ya ma" Aku segera beranjak dari tempat duduku dan mencium mama. "Mama memang baik deh" Tambahku

"Sudah-sudah buruan di habiskan sarapanya!"

"Iya ma"

Aku senang sekali mendapat izin dari mama mau ketempat Putra dan aku gak akan bilang ke Putra kalo mau kesana. kira-kira Putra seneng gak ya? Ah kalo itu gak usah di tanya kali, sudah pasti lah Putra bakalan seneng banget.

***

Aku sengaja datang lebih awal, aku kesah dengan sikap Davis ke Putra tadi malam. Liat aja nanti apa yang bakalan dia dapat karna sudah berani-berani menggu adik kesayanganku. Saat ini aku masih duduk diatas motorku di parkiran, aku sengaja menunggu Davis disini.

"Mana sih tu anak kok gak datang-datang?"

Kalo belum masuk jam pelajaran di mulai, aku bakalan nungguin dia disini sampe dia datang, kesel banget sama tingkahnya. Nah tu dia akhirnya datang juga. Davis memarkirkan motornya lalu berjalan pergi meninggalkanku. Sialan dia pura-pura gak liat gue lagi.

"Woi!" Ia memberhentikan langkahnya dan diam mematung. Bagus kalo tu anak tau kalo gue yang panggil dia. Gumamku.

Aku medekatinya yang belum jauh dari tempat parkir sepeda motor. "Bagus!, brani juga ya lo" Kataku sambil tepuk tangan santai tiga kali kemudian mensedakapkan kedua tangan di perutku seperti orang kedinginan.

"Maksud lo apaan Bim?" Tanyanya ber pura-pura.

"Hey lo, jangan sok begok deh! Dimana lo semalem? Putra sudah cerita semuanya setelah lo pulang daro sana" Aku berjalan pelan mengelilinginya yang masih saja diam mematung.

"Oh jadi lo tau semuanya, gitu?"

"Awas.. Ya lo Vis, kalo lo sekali lagi brani ganggu adek geu Putra!" Ucapku dengan nada tinggi.

"Bima, Bima... Lo pikir gue takut dengan ancaman lo? Gue tadi malam boleh gagal ya Bim, tapi sekarang gue tau gimana ngadepin Putra. Gue ada rencana, dan gue bakalan meyetubuhi adek kesayangan lo"

"Dasar gila!" Aku sangat emosi dengan kata-katanya barusan dan bruggg kupukul perutnya sekuat tenaga hingga ia kesakitan, kedua tanganya memegangi perutnya.

"Awasya lo Bima! Liat apa yang bakalan gue lakuin nanti!" Ia kemudian berlalu dariku dan berjalan gonta.

Aku berjalan mengikuti dibelakangnya.
"Itu belum apa-apa Vis, liat saja kalo lo masih brani ganggu adek gue!" Gumamku kesal.

Aku gak nyangka persahabatanku dan Davis akan jadi seperti ini. Ternyata dia lebih mementingkan nafsunya dari pada memikirkan nasip persahabatanya. Tapi setidaknya bukan aku yang menghancurkan persahabatan ini, dan aku gak mungkin tinggak diam kalo ada kaitanya sama Putra. Dan siapapun yang akan ganggu atau nyakiti Putra, dia akan berhadapan denganku.

"Hey Bim" Reno tiba-tiba menepuk pundakku.

"Hay Ren, eh minggu besok gue mau ke tempatnya Putra lo mau ikut ga?" Reno memberhentikan langkahnya dan menggaruk kepalanya. Tampaknya ia kelihatan bingung.

"Sebenernya sih mau banget Bim, tapi...-"

"Tapi kenapa Ren? Pasti lo gak di bolehin dengan Eyang lo kan?"

"Iya Bim, lo tau sendiri kan sama Eyang gue?" Ia membuka senyum paksa.

"Ah gak seru banget sih Eyang lo Ren, masa lo gak demo?"

"Ya mau gimana lagi Bim, nasip kali ya?"

"Ah lo ada-ada aja Ren uda ah yuk masuk!"

Kami melangkah bersama menuju kekelas. Dulu Reno anaknya asik di ajakin nongkrong juga pasti selalu iya. Tapi semenjak kedatanga Eyangnya kehidupanya berubah 180° hem.. Entahlah. tapi kalo aku yang ada di posisi Reno pasti aku bakalan demo. Reno, Reno. Semoga saja nasip persahabatan kita gak seperti aku dan Davis yang hancur di tengah jalan.

"Kak Bima..!" panggik seseorang. Sepertinya ada yang memanggilku. Akupun berhenti menoleh kesumber suara.

"Bim gue duluan ya?" Kata Reno

"Oke sob"

"Tia?" Aduh ngapain lagi sih Tia, gak tau apa Gue lagi banyak pikiran.

"Ada apa Tia?" Tanyaku datar.

"Is kok kak Bima jutek gitu sih?" Ucapnya manja.

"Iya deh, ada apa My Girlfriend, My Lover terhormat?" Tia malah tertawa mendengar perkataan ku barusan. Hey memang ada yang salah ya dengan kata-kataku barusan? Kalo iya maafkanlah.

Tentu saja aku mengerutkan keningku melihat tingkahnya, argrrrrrrrrhh dasar menyebalkan.

"Kak Bima tar malem jalan yuk? Kan malem minggu?"

"Oh tar malem, malem minggu ya? Tapi maf ya kakak gak bisa"

"Yah kakak" Ia berlalu meninggalkanku dengan membawa rasa kecewa, tanpa mau mendengarkan penjelasanku. aku hanya diam tak mengejarnya, aku seperti tak ingin lagi menjalin hubungan denganya. Maafin kak Bima ya Tia jika akhir-akhir ini kak Bima berubah, akupun tak tau kenapa aku jadi tak ingin pacaran lagi. Yang ada di pikiranku saat ini hanya adek ku Putra, Putra dan Putra saja yang selalu membuat aku rindu padanya. Mungkin hubunga ku dan Tia akan sama seperti mantan-mantanku sebelumnya. Kasihan Tia, padahal dia selalu perhatian banget denganku. Tia, maafin kak Bima ya..

***

Pagi ini kusambut dengan penuh senyum dan semangat. Akhirnya tiba juga hari libur dan aku sudah gak sabar ingin bertemu dengan adik ku. Put tunggu kak Bima ya!

"Mama..." Teriaku

"Ada apa sih Bim kok treak-treak gitu?" Tanya mama heran.

"Ma, Pa Bima seneng banget hari ini Bima mau kerumahnya Putra, pasti Putra bakalan kaget banget liat Bima tiba-tiba datang kesana"

"Iya, tapi langsung pulang ya Bim, kan besok mau sekolah!"

"Beres ma, Bima gak akan nakal kok, kan Bima anak yang baik. Pa pinjam mobilnya dong?"

"Tapi bawanya hati-hati ya Bim jangan ngebut-ngebut bahaya!" Papa memang baik banget deh sama anaknya yang cakep ini, selalu dituruti setiap keinginanya. Hah.. Enak ya jadi anak tunggal pasti selalu di manja.

"Iya pa beres"

"Yasudah kalo gitu sarapan dulu ya Bim, biar gak sakit perut di perjalanan nanti!"

"Den Bima mau ketempatnya den Putra nya?" Tanya bik Tati saat mengantarkan minuman hangat di meja makan.

"Iya Bik memangnya kenapa?"

"Gak papa atuh den, titip salam aja nya buat den Putra"

"Iya bik, tar Bima sampein ke Putra"

"Makasih ya den, permisi Tuan, Nyonya" Bik Tati pun pergi melanjutkan tugasnya.

***

Dengan segera aku menjalankan mobil yang kukendarai. Perjalanan di pagi ini gak terlalu ramai, mungkin karna hari libur kali ya jadi masih pada molor di kasur haha. Sengaja pagi ini aku gak kasih kabar ke Putra, aku ingin tau bagai mana ekspresinya melihat kedatanganku yang tiba-tiba.

Untung semalam sudah minta alamat rumahnya, jadi tinggal cari aja nanti, tapi... Gmn kabar Tia? Semenjak dia ngembek kemarin aku sama sekali tak memikirkanya. Jahat banget ya aku? Pacar macam apa coba? Ah sudah gak mau mikirin dia, paling juga nanti dia minta putus sendiri dan aku juga gak keberatan kok putus dari dia.

Capek juga ya sudah lama tapi belum juga sampe. Aduh Put rumah Bokap lo kok jauh amat sih, sampe pegel banget pantat kak Bima.

Setelah beberapa jam, aku berhenti di sebuah Rumah yang sangat mewah. Aku membuka kaca mobil untuk memperjelas penglihatanku. Apa ini rumahnya Putra? Tapi kok besar banget ya? Bukanya Putra waktu pertama datang di keluarga Wijaya bilangnya kerja menjadi pemulung? Kalo Putra anak orang kaya kenapa dia gak bisa mainin hp? Gak bisa main PS? Dan bahasa ngomong sama temanya juga 'aku dan kamu' jadi bingung deh. Tapi Berdasarkan petunjuk dari ibuk-ibuk yang aku tanya didepan sih katanya ini benar alamat yang di kasih sama Putra. Masa iya sih salah? Penasaran jadinya.

Aku segera turun dari mobil memastikan kebenaranya. Ini rumah apa istana ya? Besar amat Tanyaku dalam hati. Tapi mana pemiliknya kok sepi ya? satpam juga gak ada.

Aku menekan bel bewarna putih yang ada di sudut sebelah kanan pintu gerbang. Kulihat masih belum ada tanda-tanda orang yang akan datang dan membukakan pintu gerbang ini. Aku masih berdiam disini dan kutekan sekali lagi bel berwarna putih itu, tak lama ada seorang perempuan yang tak kukenal datang menuju kearahku.

"Ealah ada cah bagus toh? Cari siapa toh?" Tanya perempuan itu. Aku terdiam bingung dengan pertanyaanya, mau tanya cari siapa sedangkan papanya Putra saja aku gak kenal.

"Loh gimana toh di tanya kok malah diam aja ndak di jawab?" Tanyanya lagi.

"Em... Anu buk, i-ni bener rumahnya Putra?" Tanyaku sekenanya. Ternyata otaku bekerja juga hingga teringat dengan menyebut nama Putra.

"Ealah sembarangan situ panggil saya Ibuk? Ndak liat toh wong saya ini masih muda, masih seger gini?" Sahut perempuan itu dengan nada kesal. Wah ini orang galak amat.

"Maaf buk, eh maaf tante"

"Dasar cah edan, panggil saya mbak yu aja!" Tungkasnya

"Iya mbak yu, ini benar rumahnya Putra?"

"Iya benar cah bagus, kamu siapanya den Putra toh guantenge?" Ni orang aneh banget ya, tadi marah-marah sekarang lemah gemulai, hadewwwh dasar labil.

"Yasudah hayu masuk den! Sebentar ya mau kasih tau den Putra" Wanita itu membukakan pintu gerbang untuku dan aku memasukan mobil kehalaman rumah yang sangat besar ini.

Aku meliahat halaman rumah di sini amat sangat indah dihiasi bunga yang sangat tertata rapi dan asri. Aku benar-benar kaget melihat rumah ayahnya Putra gak nyangka dia anak orang yang sangat kaya.

"Kak Bima..?" Kata Putra yang langsung berlari memeluku. "Putra"

"Kak Bima kok kesini gak bilang-bilang sih kak?" Ucapnya dengan suara isak dipelukanku. "Kak Bima cuma mau kasih kejutan buat kamu Put"

"Kak Putra kangen sama kakak" Aku merasakan Putra sangat erat memeluk tubuhku. Ternyata bukan hanya aku saja yang kengen, tapi Putra melebihi aku kangenya.
Kulepaskan pelukanya dan kuhapus air mata yang mengalir dipipinya.

"Kak Bima ayo masuk kak" Putra menggandeng tangan kananku, dan aku mengikutinya. Ternyata sikap Putra tak berubah denganku, walau aku sempat jahat denganya, tapi dia sangat baik walau saat ini aku berada dirumahnya.

--PUTRA POV--

"Yah, buk ada kak Bima datang"

"Eh nak Bima, sama siapa kesini?" Tanya Ibuk ramah

"Sendirian tan"

"Oh sindirian, mari silahkan duduk" Kak Bima kemudian duduk di sebelahku sedangkan ayah dan ibunya duduk di depan kami. "Ternyata jauh juga ya tan kesini?" Tanya kak Bima

"Ah masak jauh Bim? Karna belum biasa saja kali" Kak Bima hanya senyum menanggapinya.

"Buk, Putra ama kak Bima mau ke kamar aja ya, kasian kak Bima capek baru datang jangan di tanya-tanya terus"

"Yasudah kalo gitu"

"Yuk kak kekamar Putra aja!"
Sesampai di kamar kak Bima langsung membaringkan dirinya terlentang di kasur, sedangkan aku duduk di sebelajnya. Wah tubuhnya kak Bima sexi banget sih kalo diliatin gini ah.. Bikin gak tahan aja deh.

"Huff akhirnya sampe juga disini, ternyata rumah kamu jauh banget ya Put?"

"Iya kak, pas Putra baru sampai saja capek banget kak karna perjalanan yang sangat jauh"

"Tapi ternyata kamu anak orang kaya Put? Dan rumahnya juga besar banget" Kak Bima sedikit memiringkan kepalanya untuk melihatku. Jangan kan kak Bima, Putra saja masih heran dan belum dapat jawaban kenapa ayah bisa jadi kaya gini.

"Permisi den.. Nih bibik bawain minuman dingin buat tamu kita" Kak Bima seketika duduk mendengar ada suara yang datang.

"Eh bik siapa yang suruh coba? Hem Putra tauni bibik mau genit-genit kan sama kak Bima?"

"Oh namanya den Bima toh? Namanya cakep secakep orangnya. Ealah niat bibik tu baik den ada tamu ya bibik kasih minuman kan haus dari jauh beru datang?" Hemzz mulai deh bik Susi genitnya, orang liat kak Davis kemaren aja genit apa lagi ini kak Bima yang cakepnya gak ketulungan, gak bisa dibiarin nih kak Bima itu cuma punya Putra dan gak boleh ada yang lain.

"Alah Putra itu tau banget ama sifatnya bibik, pasti modus kan? Hayo ngaku!"

"Eh den putra piye toh bibik malah di bilangin modus? Bibik itu ART yang cantik, baik hati, murah senyum, rajin bekerja lagi, jadi wajar saja kalo banyak cowok-cowok yang suka sama bibik" Kak Bima menahan tawa mendengar ocehan Bik Susi barusan.

"Udah sana bibik keluar gak, brisik tau!"

"Eh piye toh kok bibik malah di usir?"

"Bibik.....!" Erangku

"Oh iya den baik, oke kalo begitu" Bik Susi langsung kabur seribu langkahnya.

Kak Bima tertawa lepas melihat kelakuan bik Susi yang super PD dan genit itu, kak Bima malah ketawa gitu? Oarang aku aja eneg liat tingkahnya yang kaya gitu.

"Put, bibik yang tadi itu lucu banget ya? Bikin kak Bima ampe sakit perut tau gak?"

"Lucu dari mananya kak? Yang ada bikin males iya" Jawabku kesal.

"Ya lucu aja, jadi orang PD nya over banget gitu. Tau gak Put disini enak ya bisa ketemu kamu lagi? Kakak jadi bisa ketawa sampe selepas ini, Kalo di kamar kita yang dulu sepi banget Pur semenjak kepergian kamu"

"Iya pa kak?" Kak Bima menganggukan kepalnya.

"Gak tau kenapa, kak Bima kangen terus sama kamu Put dan ingin selalu deket sama kamu, kak Bima nyaman aja rasanya kalo lagi deket sama kamu" Asal kak Bima tau Putra juga gitu kak, apa lagi pas lagi mau pergi dari rumah papa, Putra berat banget, tapi mau gimana lagi sudah takdir kali.

"Udah ah kak jangan nhomongin itu, tar yanga ada Putra sedih lagi, kak Tar malem jalan yuk kak?" Kataku mengalihkan pembicaraan.

"Memangnya mau jalan kemana Put?"

"Ya kemana aja lah, Putra kan pengen jalan sama kakak? Seumur-umur sekali juga belum pernah jalan sama kak Bima, ayo lah kak mau ya?" Kak Bima diam, nampaknya ia sedang memikirkanya.

"Tapi pulangnya jangan malem-malem ya, karna kak Bima mau langsung pulang Put"

"Yah kok langsung pulang kak? Kenapa gak nginep aja?"

"Gak bisa Put kan kak Bima besok musti sekolah"

"Tapi janji ya kak tar malem jalan?"

"Iya" Kak Bima mengangguk dan tersenyum

"Yes asik...!" Aku seneng banget tar malem mau jalan sama kak Bima, semoga tar malem menjadi malam yang menyenangkan buat aku dan kak Bima.

(Bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar