Rabu, 27 Januari 2016

Karena Dirimu
Part 08
---------------
By Aby Anggara
========================

***

Pagi itu sudah menunjukan pukul 05:30. Perlahan Denis mulai membuka kedua matanya setelah semalam tertidur dengan posisi yang tidak sempurna. Tangannya merayap mencari ponselnya yang semalam masih ia pegang saat tertidur. Saat tangan kananya tak kunjung menemukan hp yang sedang ia cari, dengat cepat ia bangkit dari tidurnya dan melihat kesemua tempat di atas ranjangnya.

"Hp ku mana sih?" gerutunya. Ia sampai mengangkat seprai termpat tidurnya karna ponsel yang ia cari tak juga ia temukan. Denis mulai panik dan ia tersenyum saat melihat hp nya berada di atas meja di sebelah lampu tidurnya. Ia segera mendekati meja itu dan meraih ponselny.

"Tapi hp nya kok ada di sini ya? Bukanya semalam aku tertidur dalam keadaan masih memegang hp? Trus yang naruh di sini siapa? Aduh jangan-jangan?"

Denis segera membuka hp nya untuk memastikan tak ada sesuatu yang hilang dari ponselya. Setelah semuanya di cek, ia tak mendapati kalau ada sesuatu yang hilang di dalamnya. Denis tersenyum namun didalam hatinya masih dipenuhi tanda tanya.

Denis melihat jam dinding di kamarnya yang sudah hampir menunjukan jam 6 pagi dan ia segera meraih handuk lalu masuk ke kamar mandi yang ada di sebelah kamarnya.

***

"Bik" sapa Melinda menghampiri Ina yang sedang sibuk masak di dapur, Ina yang merasa ada yang memanggil namanya menoleh kebelakang mencari sumber suara yang mamanggilnya.

"Iya ada apa Nya?" tanya Ina sambil mendekat Melinda.

"Titip anak-anak ya Bik, saya dan Tuan akan tugas di luar kota untuk beberapa hari"

"Baik Nya" jawab Ina dibarengi dengan anggukan kepalanya. Melinda lalu pergi meninggalkan Ina yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya. Ina menggelengkan kepala heran sambil melihat Melinda yang berlalu meninggalkanya. "Ya mbok di tunggu sebentar toh non, kasihan si Denisnya" lirihnya.

"Pagi-pagi kok udah bengong Buk?" kata Ardi mengagetkan Ibunya.

"Oalah le.. Ya mbok kalo ngomong itu jangan tiba-tiba, kalo ibuk jantungan terus pingsan gimana coba?"

"Iya Buk maaf"

"Yasudah ndak papa jangan sedih gitu dong nanti anak ibuk ndak keliatan tampan lagi"

"Haha Ibuk ada-ada saja"

"Memang iya toh? Yasudah bantuin Ibuk ya taruh ini di meja makan Den Denis!" kata Ina sambil menyodorkan nampan kecil ke arah Ardi. Ardi tersenyum lalu meraih nampan itu mengantarkan sesuai perintah Ibunya.

Sudah dua kali Ardi bolak-balik membantu ibunya menyiapkan makanan di meja makan itu, dan di waktu yang yang terahir kalinya Ardi membawa nampan yang berisi dua gelas susu yang masih hangat, Ardi melihat Rara yang sudah duduk di meja makannya, seketika membuat tangan Ardi gemetar dan dua gelas yang ada di atas nampan itupun ikut bergetar. Dengan sangat hati-hati Ardi mengangkat gelas susu itu dari atas nampan lalu menaruhnya di atas meja.

"Silahkan Non!" kata Ardi sambil tersenyum ramah. Namun Rara masih saja menatap Ardi dengan tatapan sinis.

"Ya" singkat Rara.

"Permisi Non" kata Ardi sambil menundukan kepalanya lalu pergi meninggalkan meja makan.

Rara lalu mengambil dua buah roti lalu mengolesnya dengan coklat diantara keduanya.

"Pagi Kak?" sapa Denis ramah saat ia baru saja sampai di meja makan. Rara yang sedang mengoleskan krim cokat diatas roti tawar itu seketika menoleh kearah Denis yang terlihat bahagia.

"Pagi juga, tumben kelihatan bahagia gitu?" tanya Rara heran.

"Emangnya gak boleh ya kak kalo Denis senyum dan bahagia?"

"Kata siapa gak boleh, justru ka Rara malah senang"

"Bagus deh kalo gitu"

"Oya ka Rara mau kasih tau kamu kalo Mama dan Papa pagi ini pergi keluar kota"

"Keluar kota kak?" ulang Denis tak percaya, Rara pun mengguk. Seketika Denis terlihat begitu sedih dan tak bersemangat lagi seperti tadi, ia kecewa terhadap mamanya yang tak pernah memberi tahunya jika akan pergi.

Senyuman indah itu telah hilang dari wajah Denis, ia tak ada selara untuk makan pagi ini. Ia hanya menopang dagunya dengan kedua telapak tanganya sambil melihat makanan yang ada didepanya. Setelah beberapa menit Denis melakukan hal itu, ia meraih tasnya yang ia sampirkan di penyanggah kursi lalu bangkit dari tempat duduknya dan melangkahkan kaki dengan sangat malas menuju depan rumahnya.

Denis menghirup udara yang sangat segar pagi itu saat ia baru saja keluar dari pintu rumahnya. Pandanganya menyapu halaman yang luas berharap menemukan sesuatu yang dapat menyejukan hatinya. Namun yang ia lihat malah sebaliknya, Denis melihat Igo yang baru saja berlalu dari samping rumahnya dan Ardi duduk di belakangnya. Mereka berangkat sekolah bersama.

Hati Denis semakin tak karuan pagi itu, di tambah lagi dengan rasa cemburu saat Ardi bersama Igo. Denis semakin tak semangat melewati paginya, rasanya ia sangat malas untuk pergi kesekolah. Dengan malasnya Denis menyalakan sepeda motornya lalu pergi meninggalkan halaman rumahnya itu.

***

"Payah banget kaka lo Nis, masa cuma main kerumah gua aja lo gak di izinin?" keluh Fran kesal saat mereka duduk berdua di salah satu kursi yang ada di dekat sekolahnya. Mereka memang terlihat sangat akrab, selalu saja berdua setiap harinya.

"Gak tau lah Fran, aku juga cape sema sikap meraka. Gak Mama, gak Papa dan juga Ka Rara semua gak ada yang pernah ngertiin perasaan aku"

Fran lalu memepuk pundak Denis. "Sabar ya sob, semua ini cuma ujian buat lo, dan gue yakin semua pasti akan berlalu kok"

"Makasih ya Fran"

Fran hanya tersenyum kearah Denis. Persahabatan Fran dan den Denis memang tak seperti Ardi dan Igo, tapi mereka juga saling supot jika diantara salah satu dari mereka sedang ada masalah.

"Hei Ar?" panggil Denis saat Ardi dan Igo berjalan di depan mereka. Seketika Ardi dan Igo berjalan menghampiri Denis dan Fran yang sedang duduk bersantai di kursi itu.

"Ada apa Den?"

"Em.. Permintaanku yang kedua nanti kita makan berdua di Kantin ya?" sonta Ardi menoleh Igo. Ia merasa sangat tidak enak dengan Igo, karna selama ini mereka selalu makan bersama saat jam istrahat.

"Aku gak papa kok Ar" jawab Igo yang memahami sahabatnya walau Ardi belum sempat mengutarakanya.

Perlahan Ardi memutar pandanganya pada Denis. "Iya Den, kalo gitu sampai nanti ya?"

"Oke"

Ardi dan Igo lalu pegi meninggalkan Denis dan Fran disana, dan Ardi terlihat sangat canggung dengan Igo saat ini.

"Maaf ya Go, aku kemaren kalah taruhan dengan Den Denis, jadi mau tidak mau aku harus mengabulkan 3 perminntaan Denis" kata Ardi dengan raut wajah sedikit menyesal. Igo tersenyum dengan Ardi yang selalu saja kalah saat bertaruh pada siapapun.

***

Ardi dan Denis berjalan menuju Kantin untuk makan siang bersama. Mereka duduk di kursi yang ada di pojok kanan. Mereka memesan makanan sesuai selera masing-masing. Suasana memang tampak ramai siang itu karna para siswa yang lain pun sedang makan siang di Kantin itu.

Ardi terlihat sangat canggung dan gugup saat berada didepan Denis, mungkin karna makan bersama seperti ini belum biasa mereka lakukan. Dengan sangat hati-hati Ardi menyapkan makanan yang ada di sendoknya. Untuk saat ini suasana di meja mereka tak ada suara sebagai pembuka obrolan, sangat terlihat jika diantar keduanya terlihat sama-sama canggung.

"Makanya yang banyak Ar biar cepat besar!" canda Denis tiba-tiba.

Ardi tersenyum "Haha Aden bisa saja, kan aku juga sudah besar kali Den"

"Oh sudah besar ya? Em.. Udah punya pacar belum?"

Deg!

Seketika jantung Ardi berdetak lebih kencang dari biasanya, di keningnya mulai mengeluarkan keringat dingin yang secara tiba-tiba muncul kepermukaan.

"Em.. Mana ada yang mau sama aku Den, Aden tau kan kalo aku hanya anak orang miskin?"

Senyum bahagia tergambar jelas di wajah Denis, karna jawaban inilah yang ia nanti-nanti. Tapi walau demikian bukan hal mudah bagi Denis untuk nenyatakan perasaanya pada Ardi karna kisahnya cinta terlarang.

"Gak semua orang itu melihat materi kok Ar, kamu sabar ya suatu saat pasti akan ada yang benar-benar tulus sayang sama kamu!"

"Iya Den makasih"

Mereka kemudian melanjutkan makan siangnya itu, dengan sesekali Denis mencuri-curi pandang pada Ardi. Denis masih belum siap untuk mengutarakan perasaanya walau perasaan itu selalu saja menyiksa dirinya. Namun walau begitu bukan berarti Denis patah semangat, ia akan tetap memperjuangkan cintanya pada Ardi walau ia tau rasa yang ia miliki adalah rasa yang salah.

Denis memang tipe setia, tapi ia selalu saja disakiti oleh mantan-mantanya (pacar perempuan) dari situlah ia tak mau menjalin hubungan dengan perempuan karna baginya perempuan hanya bisa menyakitkan. Dan kali ini ia mempunyai rasa cinta pada Ardi yang jelas-jelas akan lebih menyakitkan jika salah satu anggota keluarga mereka mengetahui hubungan yang sangat tak wajar itu, namun sepertinya Denis tak memperdulikan hal itu, karna ia sama sekali tak pernah merasakan kebahagiaan yang di berikan oleh kedua orang tuanya, maka saat ia mendapat kebahagiaan bersama Ardi ia tak mau menyia-nyiakanya.

Setelah selesai menghabisakan makananya, mereka segera pergi meninggalkan Kantin.

***

Denis sangat gelisah dengan apa yang ia rasakan. Rasanya ia sangat ingin sekali bertemu dengan Ardi dan menyatakan rasa sayangnya. Ia duduk di kursi yang berada di ruang tengah rumahnya, terasa begitu sepi di ruangan besarnya itu hanya dia seorang diri.

Denis kemudian merebahkan tubuhnya terlentang dan memeluk sebuah bantal di kursi panjang dan pandanganya menatap langit-langit yang berada diatasnya. Tatapanya kosong dan matanya berkelap-kelip seperti bintang yang sedang menari.

Ia masih menyusun rencana untuk menyatakan hal itu pada Ardi, namun ada sedikit keraguan. Denis takut jika Ardi ternyata seorang straight dan Ardi malah akan menjauhinya.

"Ardi sama sepertiku gak ya?"

Pertanyaan demi pertanyaan selalu terniang di benaknya. Ia sangat takut hal buruk akan terjadi, tapi kalau ia tak mencobanya maka ia tak akan pernah mengetahui hasilnya.

"Nis ka Rara tinggal dulu ya?" kata Rara. Sontak Denis kaget karna suara Rara yang tiba-tiba saja terdengar di telinganya. Denis kemudian bangkit dari posisi tidurnya dan duduk bersandar di kursi panjangnya.

"Mau kemana Kak, Rapi amat?"

"Ka Rara mau ke pesta ulang tahun teman Kaka, Nis"

"Oh yasudah hati-hati ya Kak!"

"Oke, kamu jangan nakal ya di rumah!" kata Rara sambil mengusap kepala Denis lalu pergi menuju pintu depan.

"Yes!" ujar Denis penuh semangat. Ia sangat bahagia karna Rara tak ada di rumah jadi malam ini ia punya banyak waktu dengan Ardi. Dengan senyum bahagia Denis berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

Sesmpai di kamarnya ia membuka lemari yang berisi baju-baju yang menggantung rapi didalamnya. Denis sibuk memilih baju yang akan ia pakai supaya terlihat lebih oke di depan Ardi. Beberapa baju telah di cobanya, namun tatap saja ia belum menemukan yang cocok untuk malam ini. Hingga memakan waktu setengah jam baru ia menemukan baju yang ia angap pas buat malam ini. Ia segera turun dengan sedikit berlari saat berada di tangga, kemudia berjalan menuju dapur untuk menemui Ardi.

Malam ini Ardi terlihat sedang duduk melamun sendirian di teras belakang sambil melihat air kolam renang yang sedikit bergelombang karna terkena hembusan angin. Dengan sangat hati-hati Denis melangkahkan kakinya agar kedatanganya tak dikethui oleh Ardi lalu menutup kedua mata Ardi dengan kedua tanganya.

"Coba tebak ini siap?" kata Denis dengan mempererat tanganya di mata Ardi. Ardi yang merasa pandanganya gelap secara tiba-tiba tentu saja memegang kedua tangan Denis berusaha melepaskan tangan itu dari matanya. Ardi tersenyum bahagia saat ia bisa merasakan menyentuh tangan Denis yang terasa begitu halus.

"Ini pasti Den Denis kan?" kata Ardi yakin. Seketika Denis melepaskan tanganya dari mata Ardi dan duduk di sebelah Ardi.

"Kok tau sih Ar?" kata Denis kesal.

"Dirumah ini tak ada lagi tangan yang halus seperti tangannya Den Denis"

"Haha kamu ada-ada saja. Ar bete nih ke taman yuk? Tenang saja Ka Rara lagi gak ada kok dia lagi pergi keacara ulang tahun temenya"

Ardi tersenyum lebar lalu mereka berjalan bersama menuju taman belakang yang tak jauh dari teras rumahnya. Mereka duduk di sebuah kursi panjang dan mereka duduk bersebelahan. Malam ini angin berhembus sangat santai namun kehadiranya masih dapat terasa di tubuh mereka berdua. Suasana begitu hening dan damai bagaikan tak ada penghuni di taman itu.

"Ar coba deh lihat bulan itu, begitu indah ya?" kata Denis sambil menunjuk kearah bulan purnama itu. Sinarnya begitu indah dan memancarkan aurah ketenangan bagi yang melihatnya.

Ardi kemudia menoleh bulan itu dan ia tersenyum bahagia karna malam ini ia bisa melihat bulan yang begitu indah dengan orang yang sangat ia sayangi. "Iya Den, bulan itu terlihat begitu indah" kata Ardi sambil tersenyum dengan tetap melihat kearah bulan itu. Namun Denis sesekali melihat wajah Ardi yang terlihat sangat bahagia malam itu dan Denis merasa malam ini adalah malam yang tepat untuk menyatakan rasa sayangnya pada Ardi.

Denis mesih memperhatikan wajah Ardi yang masih melihat kearah bulan, seketika rasa gugup mengahampiri Denis malam itu. Ia sangat bingung harus memulai kata-kata dari mana. Tapi ia sangat ingin malam ini adalah malam penentuan dan akan menjadi malam yang sangat bersejarah bagi dirinya.

"Ar?" lirihnya dengan nada bergetar, Ardi menoleh.

"Ya Den ada apa?"

Denis menarik nafas panjang, mencoba mengumpulkan energi untuk menguatkan dirinya. Ia sangat berharap malam ini adalah malam yang akan membuat dirinya bahagia.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar