Jumat, 22 Januari 2016

Maafkan Aku Ibu
Part 04
-----------------
By. Aby Anggara
============================

***

Awalnya sih sempat nanya sana sini tentang alamat rumahnya Ferra dan akhirnya aku menemukanya juga. Ternyata rumahnya searah jalan ke kota dan jarak dari rumahku ke kota adalah satu jam dengan mengendarai sepeda motor, jadi saat ini aku sudah setengah perjalanan. Rumah Ferra terletak di pinggir jalan raya dan tanpa masuk ke gang sedikitpun. Aku langsung masuk kehalaman rumahnya karna pintu gembangnyapun tak dikunci dan sudah sedikit terbuka. Ternyata Ferra anak orang kaya, rumahnya saja dua lantai.

Aku segera memarkirkan motorku dihalaman rumah yang tak terlalu luas, karna jarak antar rumah dan jalan tak terlalu jauh.

Pinter banget deh ka Raffa cari pacar anak orang kaya, tapi kasihan juga kan kalo di selingkuhin gini. Baru saja aku mau melangkahkan kaki menuju rumahnya ada seorang perempuan keluar dari sebuah pintu.

Dia sangat cantik!! Berbadan langsing, berambut panjang dan lurus. Mungkin ini yang namanya Ferra.

"Yank tumben gak telat?" ucap perempuan itu menghampiriku

"Em.. Eh iya dong masa telat mulu, udah siap?"

"Udah, yuk brangkat?"

"Yuk"

Aku kembali ke motorku dan menyalakanya, aku bisa merasakan kalo Ferra sudah duduk di belakangku, dan aku juga merasakan tanganya melingkar di pinggangku. Aku yang merasa risih karna tak pernah diperlakukan seperti ini pun serasa mau protes padanya, tapi mungkin ini sudah terbiasa kalo di bonceng ka Raffa, makanya dia langsung memeluku seperti itu karna dia mengiraku adalah ka Raffa.

"Kok gak jalan yank?" tanya Ferra

"Em aku risih gak biasa di peluk. Eh maksud aku malam ini kamu jangan peluk aku ya, aku lagi sakit perut" timpalku cepat. huf hampir saja.

"Kamu? Biasanya panggilnya 'ay' kan?" aduh..!! Aku menepuk keningku dengan telapak tangan kanan, ko aku bisa lupa pesan ka Raffa tadi sih.

"Gak aneh kok, yaudah sekarang kita jalan ya?" tanyaku sambil menoleh kebelakang.

"Yuk yank"

***

Sampai di Puncak Mall kami langsung membeli tiket. Film yang akan kami tonton adalah Suppose you love me. Uh itusih harpan aku banget ke ka Raffa. Jadwal film di tayangkan masih 30 menit lagi, aku bingung mau ngajakin Ferra kemana karna aku sendiri sangat tak biasa berdua bersama seorang perempuan seperti ini.

"Yank kok malah bengong?" tanya Ferra mengagetkanku.

"Eh.. Nggak kok, oya masih ada waktu 30 menit nih"

"Gimana kalo kita makan dulu aja?"

"Boleh juga tuh, yuk!" aku meng iya kan saja saran Ferra, dari pada aku terlihat seperti orang bodoh. Kami menuju salah satu tempat makan di mall ini dan sepertinya tempat ini memang banyak pasangan yang lagi makan, mungkin mereka juga sedang menunggu jadwal film yang sebentar lagi akan di putar.

Kami mencari tempat yang masih kosong, ternyata hanya ada di bagian belakang saja yang tersisa. Yasudahlah, mau bagimana lagi hanya ini lah adanya.

"Yank kamu mau pesan apa?" tanya Ferra saat kita baru saja duduk di kursi.

"Aku bakso saja ay" kataku cepat. Karna aku sangat tau makanan favorit ka Raffa dan aku juga yakin dia pasti sering memesan makanan ini. Dan ternyata Ferra juga ikut mesan bakso sepertiku, huf.. Aku gak tau sih sebenarnya itu makanan favoritnya nya si Ferra juga atau hanya ikut-ikutan saja. Jadi kami memesan dua bakso dan dua jus alpukat

"Eh tau gak yank aku itu malam ini seneng banget bisa jalan sama kamu lagi, kan udah lama banget kita gak jalan, aku kira kamu gak bisa lagi karna selalu sibuk dengan tugas sekolah kamu, abis kalo di ajakin jalan susah amat sih" kata Ferra dengan nada ngeluh dan manja.

"Yadong masa aku sibuk sama tugas sekolahku terus, kan kasian aku cuekin pacarku yang cantik ini" balasku cepat. Hah? aku merayu cewek? Aduh... Sejak kapan aku bisa berkata seperti ini pada perempuan? Aku sangat tak menyangka bisa merayu juga haha banggaku dalam hati. Tapi dari penampilan saja aku sudah berbohong karna berpura-pura menjadi ka Raffa, trus kata-kataku juga yang barusan berbohong? Berapa banyak dosa yang ku perbuat malam ini? Ya Allah ampunkan hambamu!

Ternyata jadi orang lain itu memang sangat menyiksa dan gak ada enaknya harus banyak berbohong. Padahal dalam hidupku sehari-hari sangat jarang sekali aku berbohong, bahkan sangking jarangnya masih bisa di hitung berapa kali tergantung situasi juga sih.

Pesanan kami akhirnya datang, dua mangkok bakso panas yang masih keluar asap di atasnya dan dua Jus alpukat. Ferra tersenyum sangat cantik kearahku dan aku membalasnya.

"Silahkan!" kata pelayan yang mengantarkan makanan kami, dan ia langsung berlalu.

"Ya makasih mbak" kataku sambil mengangguk sopan.

Kami segera makan karna waktu kami memang tak banyak.

"Loh yank kok tumben kasi cabenya sedikit? Biasanya kamu paling doyan ngasih cabe banyak kalo makan bakso? Bisanya kan kamu kalo ngasih cabe banyak kaya gini" kata Ferra sambil menuangkan sambal di mangkok baksoku. Uh.. Mampus deh kalo harus makan bakso pedasnya kaya gini, kalo ka Raffa memang iya suka banget sama yang namanya pedas dan itupun aku tau, tapi masa iya aku yang gak suka pedas harus makan bakso sepedas ini? ngebayanginya saja udah bikin telingaku gatal. Aku mengerutkan keningku dan hanya bisa diam melihat Ferra yang masih sibuk menuangkan sambal di mangkok baksoku.

Aku terpaksa makan bakso yang sudah di kasih sambal sebanyak itu dengan Ferra, mudah-mudahan aku baik-baik saja.. Hik baru saja satu sendok aku menyeruput kuahnya, mataku langsung terbelalak reflek karna rasa pedasnya, aku mencoba bersikap biasa saja di depan Ferra seolah aku baik-baik saja. Aku masih saja memakan bakso itu dan ternyata tak lamapun akhirnya aku menyerah. Aku dengan cepat menyambar jus alpokat yang ada di sebelahku, huf... Ferra emang benar-benar gila. Masasih aku disuruh makan bakso sepedas itu.

Dengan tiba-tiba wajahku berkeringat dan hidungku seperti orang yang sedang terkena flu karna selalu ingin mengeluarkan ingus.

"Yank kamu kenapa?" tanya Ferra heran. Ferra memperlambat mengunyah makanya karana masih memperhatikanku

"Gak papa kok ay"

"Makanan kamu gak di habisin?"

"Gak ay, aku udah kenyang" kataku sambil megang perutku" Uh perutku mulai terasa mulas, ini pasti efek makan bakso pedas yang barusan aku makan" gumamku. Dengan cepat aku menghabiskan satu gelas jus yang lumayan bisa mengobati rasa pedas itu. Setelah selesai makan aku membayarnya dan kami segera kembali, karna film yang sudah kami beli tiketnya akan segara di putar.

Kami segera masuk karna di dalam juga sudah banyak yang datang dan hampir semua kursi sudah terisi. Tak menunggu lama lampu ruangan di bioskop pun di matikan dan film yang kita tunggu-tunggu pun akhirnya di putar. Aku duduk di sebalah kanan Ferra dan Ketika film sedang berlangsung, tiba-tiba tangan kanan Ferra menyentuh tangan kiriku. Sontak aku kaget di buatnya, memang sih kalo orang pacaran itu hanya pegangan tangan mungkin hal yang wajar-wajar saja, tapi kata 'wajar-wajar saja' yang di maksud kali ini tidak berlaku dalam rumus hidupku.

Perlahan aku melepaskan tangan Ferra yang memegang tanganku. Dia menolehku dan aku pura-pura tidak melihatnya dan masih asik melihat film di layar yang masih berlangsung.

Aku sangat yakin kalo Ferra pasti mengira malam ini pacarnya ( aku yang di anggap ka Raffa bersikap sangat berbeda dari biasanya) namun mau gimana lagi, di sisi lain aku ingin membantu ka Raffa, tapi di sisi lain aku juga tak berani melanggar hukum-hukum Agama. Tapi setidaknya dengan kehadiranku disini aku bisa sedikit membantu ka Raffa, ya walau sebenernya juga berbohong. Tapi aku berjanji pada diriku sendiri, cukup satu kali ini saja aku menolong ka Raffa, karna tindakanya juga sangat tidak terpuji karna perselingkuhanya.

Tak terasa sudah 80 menit film berlangsung dan masih sekitar 10 menit lagi selesai. Dari tadi aku masih saja memegang perutku yang sangat sakit akibat makan bakso yang sangat pedas.

Tapi ini juga sepertinya gara-gara kebohonganku di awal tadi karna aku tak mau di peluk dan bilang sakit perut, dan akhirnya sakit perut beneran deh. Huf sepertinya aku dapat ganjaran atas perlakuanku sendiri.

Selesai juga film yang kita tonton dari tadi, walau aku tak benar-benar konsentrasi melihatnya karna menahan rasa mulas perutku, tapi aku memahami dan menikmati setiap adegan yang di pragakan. Kisahnya sangat mirip denganku yang berharap seseorang menyukaiku juga, hanya bedanya kalo yang barusan selesai di putar kisah normal cewek dan cowok.

"Yank, kita kesana yuk cari-cari sesuatu?" ajak Ferra saat kami baru keluar dan berada di dekat pintu, namun kami agak berdiri di pinggirnya jadi tak mengganggu orang yang masih keluar.

"Em.. Gimana ya, perut ku mulas dan sakit banget ay" aku meringis menahan sakit perut yang kurasakan

"Yah kok gitu sih? Gak seru ah"

"Mau gimana lagi, em... Lain kali saja ya, kan kita bakalan jalan bareng lagi?"

"Yauda deh tapi janji ya yank?"

"Iya" kataku meyakinkan.

Kami segera menuju parkiran yang ada di lantai basmen, dengan cepat aku mengendarai motor yang kubawa dan hanya 30 menit kami sampai di rumah Ferra. Aku mengantarnya hingga depan teras rumahnya.

"Ay aku pulang dulu ya?" kataku berpamitan

"Loh kok langsung pulang gitu?" aku sangat tak mengerti dengan maksud perkatanya barusan.

"Memangnya mau ngapain lagi ay?" tanyaku sambil garuk kepala.

"Kamu malam ini belum kiss aku yank? Biasanya kalo mau pulang kamu selalu kiss aku kan?" sontak mataku terbelalak mendengar perkatanya.

"Kiss?" kataku dalam hati.

"Eh ay, malam ini jangan dulu ya, malam besok saja oke? Kataku yang langsung berlalu darinya dan menyalakan motorku.

"Aku pulang dulu ya..."

"Iya yank" jawabnya mematung.

***

Aku menuju kulkas yang berada di dekat pintu tengah karna tenggorokanku rasanya sangat kering. Aku minum air dingin sangat banyak, berharap bisa mengobati rasa mulas yang masih sedikit terasa.

"Eh Fi gimana malam minguanya?" tanya mbak Meli yang baru saja menghampiriku.

"Ih.. Mbak Meli apaan sih nanyanya, pengen tau saja urusan anak muda"

"Eh emangnya mbak udah tua apa? Mbak juga masih muda tau... Jadi wajar lah kepo sama adek nya sendiri ini. Lagi pula kan kamu seumur-umur baru kali ini malam mingguan? ya ndak papa toh cerita ke mbak, dan mbak Meli juga kan pengen tau, gadis mana sih yang kamu sukai?"

Seketika aku terdiam, dan aku berjalan meninggalkan mbak Meli menuju kursi yang ada di ruang tengah. Karna aku seorang laki-laki tentu saja harapan mbak Meli aku sudah mulai menjalin hubungan asmara dengan seorang perempuan, padahal kenyataanya adalah nol besar.

"Loh di tanya kok malah diem gitu Fi? Ya mbok di jawab!" kata mbak Meli yang sudah duduk di sebelahku. "Kalo lagi ada masalah cerita saja sama mbak, ndak papa kok"

"Raffi gak papa kok mbak, oya ka Raffa belum pulang ya mbak?"

"Kan ini baru jam 11 toh? Biasaanya juga kalo dia pulang jam 12 san"

"Kalo Abi dan Ibuk udah tidur ya mbak?"

"Iya mereka sudah tidur, mungkin kecapean"

"Oh yaudah Raffi tinggal dulu ya mbak, Raffi mau sholat Isya' "

"Yasudah kalo gitu" ucap mbak Meli sambil mengusap rambutku. Entah kenapa mbak Meli memang begitu sayang dan perhatian padaku, berbeda sikapnya ke ka Raffa yang biasa-biasa saja.

Setelah sholat aku berbaring di ranjang sambil membaca buku, karna salah satu hobiku juga membaca. Terdengar nada ponsel berdering dan aku menolehnya.

1 Pesan
Di terima.

Karna hp ka Raffa sudah ditipkan padaku jadi aku berani membuka pesan tersebut.

------- " Yank, makasih ya atas waktunya malam ini. Aku bahagia sekali walau ada sedikit kekecewaan karna kita hanya sebentar saat bersamanya. Jaga cinta kita ya, karna akupun begitu. Met bobok ya yank.. I love you :* " --------

Ternyata sms dari Ferra. Kasian Ferra di selingkuhi sama ka Raffa, padahal dia sangat mengharapkan kesetiaan dari ka Raffa. Aku tak membalasnya dan langsung menaruh kembali hp ka Raffa dan melanjutkan membaca.

"Cepet banget udah pulang Fi?" tanya ka Raffa yang baru saja masuk ke kekamar.

"Iyalah kak udah satu jam yang lalu"

"Eh gimana malam mingguan sama Ferra?" tanyanya penasaran. Kini ka Raffa masih saja menatpku, aku yakin dia sangat penasaran.

"Menyebalkan" jawabku

"Loh kok gitu Fi?"

"Ya gimana enggak coba, pas mau berangkat tanganya melingkar di pinggangku, pas makan bakso dia ngasih sambel gak kira-kira katanya biasanya juga kalo makan bakso sambelnya banyak, sampe perutku mulas. yang paling parah pas mau pulang.. Masa dia minta kiss? Eh ka Raffa kalo pacran suka parah ya? Sampe kiss-kissan gitu, udah tau pacaran aja gak boleh malah kek gitu. Pokonya Raffi gak mau lagi nolongin ka Raffa titik!"

Ka Raffa malah tertawa lepas mendengar keluhanku, sepertinya dia sangat senang melihatku kesusahan dan menderita. Uh.. Dasar gumamku kesal.

"Trus-trus?"

"Apanya trus? Kalo trus-trusan tar nabrak! Tau ah bete sama ka Raffa"

"Ye ye.. Kok malah ngambek? Yadeh maafin ka Raffa dong"

"Oya ka Raffa, ada yang mau Raffi omongin ke kakak"

"Ngomong apa?" tanyanya. Ia merubah raut wajahnya menjadi serius. Sejenak aku diam dan menghela nafas panjang.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar