Kamis, 14 Januari 2016

KAKA ANGKATKU
Part 10
By: Aby ILham Anggara

--

--PUTRA POV--

Malam ini adalah malam yang sangat bahagia banget bagiku, karna aku akan jalan dengan kak Bima, orang yang paling aku sayang. Semoga malam ini menyenangkan.

Kak Bima sudah menunggu di ruang tengah, sedangkan aku masih saja sibuk dengan penampilanku. Aku selalu berkaca apa penampilanku sudah oke? Berulang kali aku berbolak-bailik memutar tubuhku di depan kaca. Ah lebay sih keliatanya, tapi aku mau sesempurna mungkin di depan kak Bima.

Sepertinya sekarang aku sudah siap, dan aku keluar dari kamarku. Kulihat kak Bima sedang berbincang-bincang dengan ayah dan ibuk.

"Kak Bima, Putra udah siap nih, brangkat yuk?" Kataku yang baru sampai menghampiri mereka di ruang tengah.

"Wah kamu keren banget Put" Puji kak Bima. Aku tersipu malu saat kak Bima memperhatikanku dari bawah sampai keatas.

"Wah anak ayah udah besar ya? Keren banget" Tambah ayah. Aku hanya tersenyum saat mereka semua menyanjungku. Tapi memang iya sih, aku belum pernah menunjukan penampilanku semewah ini, ini kulakukan karna kak Bima, orang spesial di hatiku.

"Buk, yah, Putra dan kak Bima brangkat dulu ya?"

"Iya hati-hati di jalan ya dan pulangnya jangan malem-malem. Oya nak Bima titip Putra ya!" Pesan ibu ke kak Bima

"Iya Tan, tenang aja Putra aman kok sama Bima" Aku menyalami tangan ayah dan ibuk dan berlalu meninggalkan mereka

***

Aku tersenyum dan mematung saat kak Bima membukakan pintu mobil untukku. Ini kak Bima tumben so sweet amat yah Gumamku. Aku langsung masuk kemobil dan duduk di bangku sebelah kiri. Hatiku semakin berdegup setelah perlakuan kak Bima barusan.

Aku semakin salting di buatnya, apa kak Bima suka juga ya denganku? Perlakuanya barusan seperti orang pacaran saja, ah tapi keknya gak mungkin deh kan kak Bima straight? Ah sudahlah mungkin ini hanya hayalanku saja yang ingin di balas rasanya dengan kak Bima.

"Put, kok malah diem gitu?" Lamunanku buyar saat terdengar suara kak Bima.

"Eh gak papa kok kak, em.. Kita mau kemana kak?"

"Kemana ya..?"

"Is kakak orang di tanya kok malah nanya balik sih" Kataku kesal.

"Cie mulai deh ngambeknya kambuh"

"Tau ah"

"Yah ngambek beneran nih?, jangan suka ngambek tar gak cute lagi loh" Goda kak Bima padaku

"Is kakak apaan sih, uda ah yuk kak jalan!"

Kak Bima menyalalan mobilnya dan mulai melaju. Hatiku sangat senang sekali saat ini karna kak Bima. Tuhan... Adakah permintaan yang bisa langsung dikabulkan? Kalo ada aku ingin kak Bima nyatain cinta ke Putra. Ah tapi keknya itu gak bakalan mungkin terkabul, aku tau kok siapa kak Bima, tapi Putra nyaman banget saat berada di samping kak Bima. Andai aku bisa selalu ada di sampingnya seperti dulu. Tapi sudahlah apaan sih Putra kebanyakan ngayal mulu deh.

Kira-kira kak Bima mau ajakin aku kemana ya? Ikut saja lah, tapi aku yakin kok kak Bima tau apa yang aku suka.

"Put kamu merasa kesepian gak waktu jauh dari kak Bima?" Kak Bima menolehku sebentar dan kembali ke posisi semula menatap kedepan kaca mobil dan berkonsentrasi.

"Bukan cuma kesepian kak, kangen banget malahan kalo gak ada kak Bima di dekat Putra" Kataku jujur. Aku sengaja berkata terus terang, karna aku sangat berharap kak Bima bisa membalas rasaku.

"Iya kah?" Tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk, ya.. Walau aku tau kak Bima tak akan melihat anggukanku.

"Oya kak Gimana kabar hubungan kakak dengan Tia?" Dengan tiba-tiba kak Bima mengerem mobil dan meminggirkanya. Aku terdiam bingung dengan tingkahnya barusan, apa pertanyaanku salah ya? Atau kak Bima udah putus? Aku diam membisu tak berani mengeluarkan kata-kata.

Sejenak suasana menjadi hening, kak Bima masih diam di posisi semula.

"Put jangan tanya ini lagi ya!" Aku menoleh kearahnya, namun aku tak bisa mengartikan raut wajahnya saat ini.

"Iya kak maaf ya kak kalo pertanyaan Putra salah" Aku merasa sesal atas pertanyaanku barusan, hingga membuat kak Bima jadi gini. Tapi kan aku cuma pengen tau hubungan mereka.

Kak Bima hanya diam tak menjawab kemudian ia menyalankan kembali mobilnya dan melaju dangan santai.

Saat ini keheningan semakin terjadi dan suasana menjadi beku seperti di dalam kulkas. Ah gak asik banget kalo diam-diaman kek gini, mau buka obrolan apa ya? Tapi kok tumben ya kak Bima gitu aku tanya tentang hubunganya? Biasanya kalo aku tanya juga di jawab seadanya sama kak Bima.

Sesampai di Alun-alun tempat aku dan kak Davis kemarin singgah kak Bimapun berhenti disini. Apa kak Bima juga mau ngajakin aku nongkrong disini juga ya?

"Kak kita turun disini?" Tanyaku memberanikan membuka obrolan.

"Iya Put, kita santai disini dulu ya?" Aku mengangguk dan keluar dari mobil. Kak Bima berjalan lebih dulu, sedangkan aku mengekor di belakangnya.

"Eh Put kita duduk di sana ya?" Kata kak Bima. Disana? Bukanya itu tempat yang aku dan kak Davis kemaren.

"Iya kak" kataku singkat. Aku jadi bingung kok semua yang terjadi malam ini seperti Doaku yang terkabul ya? Waktu aku bersama kak Davis aku berdo'a supaya yang berada di sebelahku itu kak Bima bukan kak Davis, dan malam ini semua menjadi nyata dan permohonanku terkabul. Ya Tuhan.. Apa kah kak Bima juga akan jadi miliku? Entahlah.

Saat ini aku dan kak Bima duduk dikursi kayu dan meja bundar. Aku tersenyum menikmati malam yang indah ini. Terpaan angin menyapa tubuhku dan aku tak menghiraukanya, selagi dengan kak Bima aku gak akan pernah merasakan dingin yang saat ini sedang melandaku.

Kak Bima membawa dua buah jagung bakar, ia memegang jagung itu di masing-masing tanganya. wah sepertinya enak banget masih hangat karna masih ada asap yang keluar dari jangung itu

"Nih Put buat kamu!" Kak Bima menyodorkan jagung yang ada di tangan kananya. Aku segera meraihnya.

"Makasih ya kak"
"Eh Put coba deh liat bulan disana!" Kak Bima menunjuk kearah bulan, akupun melihat kearah jarinya yang mengacung, dan kulihat bulan itu hanya memancarkan separuh sinarnya.

"Kenapa dengan bulan itu kak?" Tanyaku bingung yang tak mengetahui arti dari kata kak Bima.

"Bulan itu sebenarnya ingin memancarkan semua sinarnya, tapi apalah daya karna separuhnya tertutup oleh bumi sehingga pantulan sinar matahari tak dapat ia pantulkan semuanya ke bulan, namun ia tetap sabar dan menanti waktu bulan purnama datang dan di waktu itulah keinginanya tercapai dan kebahagiaan akan datang secara bersamaan" Aku benar-benar bingung dengan perkataan kak Bima barusan, apa maksudnya ya?

"Kak maksud perkataan kak Bima apa ya? Putra gak ngerti kak?"

"Putra, Putra masa gak ngerti maksudnya? Yasudah mungkin memamang belum saatnya kamu mengetahuinya" Apaan sih kak Bima ngomong gak jelas amat bikin bingung aja.

"Buruan Put habiskan jagungnya kita lanjut lagi ya?"

"Iya kak"

Kami tak terlalu lama duduk disini setelah selesai menghabisakan jagungku, aku dan kak Bima kembali melanjutkan perjalanan ke tempat lain.

Aku kambali duduk sebelah kiri kak Bima, aku masih memikirkan perkataan kak bima tadi. Aku benar-benar tak mengetahui maksudnya, tapi aku masih penasaran dan ingin tau arti dari kata tersebut. Ah sudahlah nanti aku akan memikirkanya lagi, untuk saat ini aku hanya ingin bersenang-senang dan tak mau memikirkan hal itu.

"Kak kita mau kemana lagi nih?" Tanyaku memecah keheningan.

"Kita ke mall ya Put?"
"Ke mall? Mau ngapain kak?"
"Liat aja nanti!" Is kak Bima selalu bikin aku kesal, selalu buat aku penasaran.

Aku menoleh keluar dari kaca sebelah kiri, dan kulihat banyak sekali anak muda yang sedang bersantai di warung pinggir jalan. Aku jadi teringat saat aku kelaparan waktu kabur dari rumah manpir di warung pinggir jalan bukanya di kasih makan tapi malah diusir, hah hidup ini memang kejam. haha kisah yang sangat menyedihkan.

Kak Bima kenapa sih sepanjang perjalanan kok hanya diam saja, apa dia tak punya topik pembicaraan? apa karna dia masih marah karna pertanyaaku tentang hubunganya dengan Tia tadi? Aku sebenarnya ingin mengajaknya ngobrol biar gak boring, tapi aku takut salah ngomong lagi.

"Put?" Sapanya.

"Ya kak, kenapa?"

"Maafin sikap kakak tadi ya? Kak Bima gak bermaksud kek gitu ke kamu"

"Sudahlah kak jangan difikirin, Putra gak papa kok" Setelah beberapa menit kamipun tiba di sebuah Mall, kak Bima segera mencari tempat parkir memarkirkan mobilnya.

Aku berjalan di sebelah kanan kak Bima, banyak pasang mata tertuju pada kami. Aku yang menyadari hal itu menjadi risih dan salting dibuat orang-orang di mall ini. Dalam hatiku bertanya-tanya, apa ada yang aneh dengan aku dan kak Bima? Perasaan semuanya biasa-biasa saja dan biak-baik saja. Ah sudahlah abaikan saja!

"Eh Put liat deh bajunya bagus ya?" Kak Bima berhenti dan memilah baju yang ada di mall ini. Aku hanya diam dan memperhatikan saja. "Wah keren banget" Tambahnya. "Gimana Put kamu suka?"

"Em.. Iya kak suka kok"
"Kita beli dua ya Put? Yang sama tapi beda warna?" Aku hanya mengagguk.

Kak Bima membayar dua baju yang dipilihnya, kelihatanya ia sangat suka dengan baju itu pasalnya dari tadi senyum-senyum gitu.

"Put makan yuk? Tuh disana ada tempat makan" Aku menoleh kearah mulut kak Bima yang di monyongin kesana, Keliatanya rame, pasti makananya enak.

"Yuk kak" Jawabku antusias. Menu utama disini bakso setan, waw namanya unik ya? Apa baksonya serem kali ya sampe di beri nama bakso setan?

Kami duduk dikursi agak pojok, karna di tempat lain sudah diduduki pengunjung lain. Gak papalah agak di pojokan juga lagian malah enak gak diliatin orang lalu-lalalng keluar masuk.

"Put kamu mau pesan apa?" Tanya kak Bima. Aku diam sejenak karna aku juga bingung mau makan apa.

"Putra ngikut kakak aja lah kak" jawabku sekenanya.

"Eh apaan ngikut-ngikut gak kreatif banget"

"Yee biarin"

Ternyata kak Bima memesan menu andalan disini yaitu bakso setan, hem.. Jadi gak sabar pengen nyobainya. Awas aja kalo sampe menakutkan seperti namanya.

Tak perlu menunggu lama pesanan kamipun datang, aku sangat terbelalak saat melihat satu pentol bakso yang ukuranya sangat besar dan hampir sama besarnya dengan mangkok wadahnya.

"Ini bakso apa bola?" Gumamku.

"Ayo dimakan Put jangan cuma diliatin aja!!"

"Eh iya kak, ini juga mau dimakan kok" Bakso setan ternyata baksonya sangat besar dan bukan cuma itu sambalnya juga sangat pedas menurutku.

"Kenapa Put?" Tanya kak Bima disela-sela makan.

"Gak papa kak, Putra gak abis makanya, abisnya baksonya sangat besar sih baru setengah aja udah bikin kenyang" Kak Bima malah tersenyum geli melihat ekpresi wajahku yang kelihatan aneh, gimana enggak rasa pedasnya yang sangat-sangat pedas, padahal cuma di kasih sedikit cabe. Dasar bakso setan gerutuku.

"Kok kakak makanya lama amat gak abis-abis sih kak?"

"Sabar Put, memangnya mau kemana lagi abis ini?"

"Nonton yuk kak?" Celetuku. Kak Bima spontan liat jam yang ada di tanganya.

"Keknya gak bisa deh Put kan kak Bima musti pulang? Kalo kemaleman takutnya kakak ngantuk bawa mobilnya. Lain kali aja ya?"

"Yah kakak" Ucapku manja. Aku sangat kecewa saat pengen nonton tapi gak dikabulin sama kak Bima, tapi mau gimana lagi kan besok memang kak Bima musti sekolah. Yasudah lah gak papa lagi pula kan malam ini udah jalan sama kakak kesayanganku.

"Put ayuk? Udah kan?"
"Iya kak udah kok" Kak Bima membayar dimeja kasir sedangkan aku langsung menunggu di depan.

"Kita langsung pulang ya kak?"
"Iya yuk?" Aku mengangguk

***

Didalam mobil aku sangat senang sekali karna malam ini sudah kulalui bersama kak Bima, tapi sayang kak Bimanya buru-buru mau pulang.

"Oya Put kak Bima cuma mau ingetin, jangan mau ya kalau di ajakin jalan atau apa sama si Davis, dia itu jahat Put dan dia lagi ada rencana buat jahatin kamu"

"Kak Davis ada rencana mau jahatin Putra ka? Ia kak Putra ngerti kok dan Putra gak bakalan deket-deket dengan kak Davis lagi, Putra nyesel kemaren sudah gak percaya dengan kak Bima, maafin Putra ya kak yang malah percaya dengan kak Davis padahal jelas-jelas kak Davis yang jahat"

"Sudah gak papa kok Put, lain kali jangan diulangi lagi ya!" Aku mengangguk aku juga sangat menyesal kak sudah ngasih alamat Putra ke kak Davis.

Suasana kembali hening, kata kak Bima kak Davis ada rencana jahat denganku? Rencana apa? Tapi kok kak Davis tega ya ngelakuin ini ke Putra. Dasar kak Davis, Putra gak akan maafin kakak pokonya.

Akhirnya kami sampai di rumah ayah.

"Kak masuk dulu yuk?" Kak Bima membuka pintu mobilnya dan keluar.

"Yah, Buk Putra dan kak Bima udah pulang nih" Triaku dari ruang tamu. Ayah dan Ibuk langsung menghampiri kami.

"Oya om, tante Bima mau pamit langsung pulang ya, soalnya besok mau sekolah" Izin kak Bima ramah.

"Wah malam-malam gini mau langsung pulang Bim?" Tanya ibuk penasaran

"Mending nginep disini saja nak Bima!" Sambut Ayah.

"Iya nginep disini aja kak" Rayuku

"Makasih om, tante tapi Bima sudah janji sama mama kalo bakalan langsung pulang dan gak bakalan nginep, dan Bima cuma gak mau ngecewain mama aja tan" Ayah dan Ibuk hanya mengangguk. Yah... Keluhku.

"Hati-hati di jalan ya Bim!"

"Ya tan, kalo gitu Bima pamit dulu ya, permisi. Put kak Bima pulang dulu ya?" Tak menunggu jawabanku kak Bima pergi berlalu. Hatiku sangat sedih saat melepas kepergian kak Bima, kak kenapa sih kita selalu terpisah aku gak mau pisah dengan kakak.

Aku berlari menyusul kak Bima yang baru saja mau membuka pintu mobilnya di depan halama rumah ini. "Kak Bima ..!" Teriaku sambil berlari menghampirinya. Kak Bima yang baru saja mau masuk kedalam mobil kini berdiri menyaksikanku yang sedang menghampirinya.

"Kak Putra masih kangen sama kakak" Kataku dengan mata berkaca-kaca.

"Tapi Put kak Bima harus pulang, kita masih bisa ketemu lagi di lain waktu kok Put" Kata kak Bima sambil menghapus air mataku. "Sudah kamu jangan nangis ya!" Tambahnya.

"Kak Bima jangan pernah lupain Putra ya kak, Putra sayang sama kak Bima dan Putra gak mau kalo sampe kak Bima ngelupain Putra" Kini mata kak Bima pun terlihat memerah dan sepertinya ia juga menangis.

"Iya Put, kak Bima janji, kak Bima gak bakalan lupain kamu ko, karna kak Bima juga sayang sama kamu Put" Tangisanku semakin menjadi dan aku memeluk kak Bima dengan erat.

"Putra benci dengan perpiasahan kak, kenapa sih kita gak kayak dulu lagi?" Kak Bima mengusap penuh kasih sayang dipunggungku.

"Tapi semua ini harus kita lalui Put, sabar ya! Kamu masih ingit kata-kata kak Bima waktu kita di Alun-alun tadi?" Tanya kak Bima sambil melepaskan pelukanku. Saat ini kedua tangan kak Bima memegang di kedua bahuku. Aku mengangguk "ia kak Putra ingat kok tapi Putra gak tau artinya kak?" Kak Bima tersenyum dengan mata punuh air mata.

"Setiap orang itu menginginkan kebahagian, namun saat ini bukanlah waktu yang tepat untuknya dan jika sudah waktunya maka kebahagiaan itu akan datang juga padanya!"

"Jadi itu makna dari kata-kata kakak di Alun-alun tadi kak?" Kak Bima mengangguk pelan.

"Baiklah sekarang Putra ngerti kak, kak Bima hati-hati ya di jalan" Akupun tersenyum melepas kepergian kak Bima.

"Kakak pulang ya Put?" Aku mengangguk. Kak Bima menyalakan mesin mobilnya dan berlalu hingga menghilang di pintu gerbang.

Aku sayang kamu kak, dan sanpai kapanpun rasa ini tak akan pernah berubah.

***

Pagi ini aku bangun sangat siang, sebenarnya sih pas subuh sudah bangun dan sholat, tapi aku tidur lagi.

Pandanganku tiba-tiba menyapu satu bingkai foto yang dibalik. Sekilas aku langsung mperhatikan bingkaj foto itu, kenapa bingkai foto dibalik? Selama aku disini baru menyadari keberadaanya. Kira-kira di bingkai itu foto siapa ya?

Aku segera menghampirinya dan ternyata foto yang di dalam bingkai itu adalah foto seorang anak laki-laki dengan memakai seragam sekolah SMA. Dilihat dari postur tubuhnya sepertinya ia seusia dengan kak Bima. Tapi Ini siapa ya? Cakep banget lagi. Apa dia kakak kandungku? Tapi setahuku aku anak sulung mereka. Apa dia saudara tiriku? Tapi sepertinya tidak mungkin, lalu ini foto siapa? Kenapa ada dikamarku? Kenapa ayah dan Ibu tak pernah bercerita dan merahasiakan semua ini denganku? Sebenarnya ada apa sih?

Dalam hatiku selalu bertanya-tanya, jam segini ibuk masih nungguin ade Riko di sekolah, ayah masih dikantor. Aku harus cari tau mau tanya dengan bik Susi siapa tah dia mengetahuinya. Tapi dia kan nyebelin? Gak papa deh demi informasi penting ini, aku berjalan kedapur dan menghampirinya.

(Bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar