Rabu, 27 Januari 2016

Karena Dirimu
Part 07
---------------
By. Aby Anggara
===========================

***

Setelah selesai makan malam bersama keluarga Ardi, Denis tak langsung kembali kekamarnya. Ia memilih bersantai di teras belakang rumahnya di dekat kolam renang bersama Ardi. Mereka duduk bersebelahan di kursi teras dan mereka terlihat begitu akrab akhir-akhir ini dan tak seperti waktu dulu Denis yang terlihat biasa saja terhadap Ardi, terlebih Denis sering medapat larangan oleh Rara.

Denis mengeluarkan buku kecil dan sebuah spidol dari saku celananya, lalu memberikanya pada Ardi. Ardi yang tampak bingung dengan sikap Denis yang tak tau maksudnya hanya mengerutkan keningnya.

"Buat apa Den?" tanya Ardi bingung, namun Ardi menerimanya. Wajahnya menatap Denis penuh tanda tanya.

"Ini adalah permintaan pertamaku Ar, coba kamu tuliskan inisial nama seseorang yang kamu sayangi!" jelas Denis. Ardi yang telah mensepakati perjanjian siang itu dan mengerti penjelasan dari Denis tanpa berfikir panjang ia menulis inisial huruf di kertas kecil yang diberikan oleh Denis.

"Ini Den" kata Ardi mengembalikan buku itu pada Denis. Di kertas itu Ardi menulis huruf 'D' dengan huruf kapital yang sempurna.

"Em.. Coba aku tebak ya? Dia satu kelas gak dengan kita?" tanya Denis.

"Iya dia satu kelas di sekolah kita"

"Oke, aku coba tebak ya?" kata Denis. Ardi mengguk tanda menyetujuinya.

"Desi?" kata Denis.

"........." sunyi, tapi Ardi menggelengkan kepalanya.

"Diana?"

"..........." Ardi tetap sama masih diam dan menggelengkan kepalanya lagi.

"Em... Pasti Dewita kan?" ujar Denis penuh percaya diri, karna nama perempuan dengan inisial 'D' hanya mereka bertiga. Tapi lagi-lagi Ardi menggelengkan kepalanya menandakan jawaban itu salah.

"Kok bukan semua si Ar, bukanya nama cewek di kelas kita dengan inisial 'D' cuma mereka bertiga?" protes Denis. Namun Ardi tersenyum.

"Hehe iya sih Den, tapi sudah lah gak usah di bahas lagi"

"Huf..." Denis membuang nafanya sambil menggelembungkan kedua pipinya. "Oya Ar aku ada lagu bagus banget mau dengerin gak?" tanya Denis antusias.

"Iya kah? Boleh Den"

Denis merogoh ponsel dari saku celana kanannya dan memasang sebuat headset pada ponselnya lalu memberikannya satu pada Ardi, kemudian Denis memplay sebuah lagu.

--> Roulette - Aku Jatuh Cinta <--

Lirik lagu

Awalnya kutak mengerti apa yang sedang kurasakan

Segalanya berubah dan rasa rindu itu pun ada

Sejak kau hadir disetiap malam ditidurku
Aku tahu sesuatu sedang terjadi padaku

Sudah sekian lama kualami pedih putus cinta

Dan mulai terbiasa hidup sendiri tanpa asmara

Dan hadirmu membawa cinta sembuhkan lukaku

Kau berbeda dari yang kukira

Reff:

Aku jatuh cinta kepada dirinya

Sungguh-sungguh cinta
Oh apa adanya

Tak pernah kuragu

Namun tetap selalu menunggu

Sungguh aku

Jatuh cinta kepadanya...

= =

Coba-coba dengarkan apa yang ingin aku katakan

Yang selama ini sungguh telah lama terpendam

Aku tak percaya membuatku tak berdaya
Tuk ungkapkan apa yang kurasa

Reff:

Aku jatuh cinta kepada dirinya

Sungguh-sungguh cinta
Oh apa adanya

Tak pernah kuragu

Namun tetap selalu menunggu

Sungguh aku

Jatuh cinta kepadanya...

Belum selesai lagu itu berlangsung Denis tiba-tiba mem pause nya dan seketika suara musik itupun berhenti.

"Lagunya bagus banget Den, pasti lagu ini sesuai dengan isi hati Den Denis saat ini ya?" tanya Ardi sambil mengembalikan sebuah headset pada Denis. Denis tersenyum, lalu ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pelan menuju kolam renang yang berada tak jauh dari tempat duduknya.

"Iya Ar aku lagi bahagia banget saat dekat denganya, dan aku benar-benar jatuh cinta padanya"

Ardi tersenyum lalu ia pun ikut bangkit dari tempat dudunya dan berjalan mendekati Denis.

"Wah pasti perempuan itu beruntung ya Den bisa mendapat Aden nantinya" kata Ardi. Denis tersenyum lalu membalikan tubuhnyam, kali ini mereka berhadapan dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

"Aku sangat berharap Ar, suatu saat aku bisa memiliki dia dan menjalin hubungan bersamanya"

"Amin.. Semoga saja Aden bisa jadian dengan dia" kata Ardi sambil tersenyum, tapi sangat kontras dengan hatinya yang merasa sedih dan cemburu saat mengetahui Denis sedang menyukai seseorang. Ardi sangat tak menyadarinya bahwa orang yang di sukai Denis adalah dirinya.

"Iya makasih ya Ar?"

"Iya Den, oya angin malam semakin dingin Den, sebaiknya Aden masuk kerumah saja, nanti takutnya Den Denis masuk angin" kata Ardi perhatian. Mereka berjalan bersama masuk kedalam rumah itu dan Denis langsung menuju kamarnya karna ia merasa sudah cukup lama meninggalkan kamarnya dan takut ketahuan oleh Rara.

Dengan sangat hati-hati Denis menaiki anak tangga itu dan dengan cepat ia meraih gagang pintu saat sudah sampai didepan pintu kamarnya.

"Dari mana kamu Nis?" tanya Rara tiba-tiba. Denis yang baru membuka sedikit pintu kamarnya berbalik arah memutar tubuhnya dengan wajah patah semangat.

"Em.. Anu kak, dari taman. Iya dari taman" kata Denis beralasan.

"Dari taman apa dari mana?" kata Rara menyelidiki. Sontak wajah Denis terlihat bingung ia sangat takut kalau apa yang sudah ia lakukan sejak tadi dilihat oleh Rara.

"Iya kak dari Taman, masa Denis bohong sih"

"Oke, awas ya kalo brani-brani bohongi ka Rara!" ancam Rara sinis, lalu Rara melanjutkan langkah kakinya turun ke bawah. Denis kembali membuka pintu kamarnya dan ia bersandar di belakang pintu kamarnya.

"Huf... Untung saja gak ketahuan" ucapnya legah sambil mengusap dada. Ia lalu berjalan menuju tempat tidurnya dan merebahkan tubuhnya terlentang dengan kedua kakinya masih menggantung di atas latai. Ia tersenyum-senyum sendiri saat mengingat kejadian yang baru saja ia alami di teras belakang bersama Ardi.

"Ardi-ardi kenapa gak ngeh juga sih kalo aku itu suka sama kamu. Masa iya aku harus bilang kalo aku suka sama kamu? Kan kedengeranya aneh banget, yang ada nanti kamu malah jauhin aku iya. Ternyata menjalin hubungan seperti ini lebih sulit ya dari pada hubungan normal?"

Malam itu Denis merasakan begitu bahagia hingga di malam yang sudah begitu larutpun matanya enggan terpejam. Di fikiranya selalu memikirkan Ardi, Ardi dan Ardi. Rasanya jatuh cinta yang ia rasakan kali ini amat sangat berbeda dan terasa sangat sulit untuk mengungkapkan rasa yang tak wajar itu.

Bahkan saat terdengar kedua orang tuanya sudah pulang pun Denis mengabaikannya, malam ini malam yang sangat indah bagi dirinya dan ia sedang tak ingin bertemu dengan orang tuanya, karna ia sudah sangat faham dengan sifat orang tuanya dan ia tak mau merusak kebahagiaan yang sedang ia rasakan malam ini.

"Kapan yah aku bisa jadian dengan Ardi? Huf.. Rasa yang sangat menyiksa"

Terlintas di otaknya untuk browsing mencari tau bagaimana cara awal menjalin hubungan yang sedang ia rasakan yang begitu sangat menyiksa dirinya. Dengan sigap ia merogoh ponselnya dan dengan lincahnya jemari itu menari di atas layar ponsel yang berukuran 5"

Denis masih sangat baru di dunia pelangi dan pengetahuanya masih sangat minim. Hal itulah yang memaksanya untuk menjelajahi beberapa artikel untuk mendapatkan tips-tips bercinta di dunia pelangi. Ia tersenyum-senyum sendiri saat membaca salah satu artikel yang ia temui itu dan sepertinya ia mendapatkan satu tips yang menurutnya bagus.

Tak puas dengan satu tips itu ia kembali berselancar mengunjungi artikel lainya kesana-kemari hingga membuat dirinya lelah dan tak terasa ia tertidur dengan posisi telumkap di ranjangnya dengan ponsel yang masih ia pegang di tanganya.

"Sudah malam seperti ini kok tumben kamar Denis masih terang? Gak biasa-biasanya" kata Rara. Rara segera mengecek kamar Denis dan benar saja Rara mendapati Denis yang sudah tertidur dan lupa matikan lampu kamarnya. Saat ingin mematikan lampu kamar Denis, Rara melihat ponsel Denis yang masih di pegang oleh Denis. Rara kemudian membatalkan mematikan lampu kamar itu, ia melangkahkan kakinya medekati Denis dan mengambil sebuah ponsel yang masih berada di jari Denis.

Rara sangat terkejut dengan mulut yang terngangah saat ia melihat sebuah artikel yang baru saja di baca oleh Denis. Rara kemudian memandang Denis yang sedang tertidur dengan tatapan kesal, kemudian ia berjalan mematikan lampu kamar itu dan keluar dengan membawa hp Denis di tanganya.

Saat tiba di kamarnya Rara kembali melihat ponsel Denis untuk memastikan bahwa yang ia lihat adalah salah, tapi harapan itu sirna saat yang ia lihat ternyata benar. Seketika rasa kecewa menghampiri Rara, ia tak terima dengan apa yang ia lihat.

"Apa ade gue seorang gay?" ucapnya lirih. Matanya mulai meneteskan air mata dan tubuhnya terasa sangat lemas tiba-tiba.

"Gak, ini gak mungkin! Ade gua bukan gay dia pasti straight dia manly dan cool walau wajahnya cute" sangkalnya tak terima.

"Kenapa sudah malam seperti ini belum tidur Rak?" tanya Melinda pada anaknya saat baru saja membuka pintu kamar Rara. Rara yang sedang memandangi layar hp Denis segera menyembunyikan dari mamanya.

"Rara belum ngantuk ma, lagi pula Rara baru selesai mengerjakan tugas kuliah" kata Rara sambil menyapu sedikit air mata yang mengalir di pipinya. Perlahan Melinda mendekati Rara yang sedang duduk di atas ranjang lalu duduk di sebelahnya.

"Kamu kenapa menangis Rak?" tanya Melinda dengan memperhatikan mata Rara yang terlihat merah.

"Gak ko ma" singkat Rara. Rara sebisa mungkin menyangkal hal itu walau ia memang terlihat seperti orang yang habis menangis. Walau Rara selalu mengekang Denis, tapi bukan berarti Rara tak menyayangi Denis. Namun inilah cara Rara menyayangi Denis, walau ia tak menyadarinya apa yang ia lakukan adalah berlebihan. Rara mengekang Denis bukan tanpa alasan, ia selalu melarang apa yang selalu Denis lakukan karna Rara sangat takut adik semata wayangnya terjerumus ke pergaulan bebas. Namun hanya inilah yang bisa Rara lakukan pada Denis di saat kedua orang tua mereka tak ada yang memperhatikanya.

"Yasudah kalo gitu, mama mau ngomong sama kamu Rak" kata Melinda. Rara yang tadinya masih menatap lurus kearah depan segera menoleh kewajah Mamanya yang sudah sejak tadi menatapnya.

"Mau ngomong apa Ma?" kata Rara masih memperhatikan wajah mamanya itu. Untuk beberapa detik Melinda diam. Suasana malam itu menjadi begitu hening saat tak ada yang mengeluarkan suara diantara mereka. Melinda menarik nafas dalam lalu perlahan menghembuskanya kembali.

"Besok pagi Mama dan Papa akan keluar kota untuk mengurus proyek baru disana Rak" ujar Melinda dengan hati-hati sambil memegang kedua tangan Rara, karna ia sangat tau dengan Rara yang sudah pasti tak akan menyetujui hal itu.

Rara kemudian bangkit dari tempat duduknya dan mengdorong tangan mamanya itu. "Kapan si Mama dan Papa punya waktu buat kita? Mama dan Papa itu selalu sibuk dengan kerja, kerja dan kerja. Oke buat Rara gak masalah hali itu karna Rara udah gede Ma. Tapi bagai mana dengan Denis? Mama tau kan kalo Denis sangat ingin mendapat perhatian dari orang tuanya? Denis anak bungsu mama. Denis hanya ingin makan malam bersama mama dan papa saja tak per-"

"Rara cukup! Mama itu selalu memberi yang terbaik buat kalian dan mama memberi semua apa yang kalian butuhkan" kata Melinda yang ikut berdiri dari tempat duduknya. Kini mata mereka saling bertatapan tajam.

"Semua yang kami butuhkan? Hidup didunia ini tak cukup hanya dengan uang Ma, kita juga butuh kasih sayang dan Mama tak-"

Prak!!!

Suara tangan kanan Melinda yang mendarat di pipi Rara. Seketika Rara memegang pipi kirinya yang baru saja di tampar oleh Mamanya.

"Kalian itu sebagai anak tak ada terima kasihnya sama sekali, bahkan selalu saja menyalahkan Mama dan Papa" ujar Melinda yang lalu pergi meninggalkan Rara di kamarnya. Rara kemudian kembali duduk di ranjangnya dan memegan pipi kirinya yang masih terasa sakit. Rara yang merasa begitu sedih malam itupun tak bisa memejamkan matanya untuk tidur, ia kembali kekamar Denis dan menghidupkan lampu kamar yang belum lama ia matikan.

Ia berjalan pelan menuju tempat tidur Denis dan ia duduk di sebelah Denis yang sudah tertidur pulas. Rara mengusap-usap rambut lurus Denis yang terasa begitu lembut.

"Apa karna gue terlalu mengekang Denis hingga Denis menjadi seperti ini?" tanya Rara bingung. Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanya itu, suasana malam yang begitu sunyi sangat menemani hatinya yang terasa begitu pilu. Rara menaruhkan hp Denis di atas meja kecil di sebelah lampu tidurnya. Ia berjalan menuju pintu kamar itu dan sebelum ia mematikan lampu kamar Denis ia memandang Denis sekali lagi untuk beberapa detik. Setelah itu ia mematikan lampu kamar itu dan menutup pintu kamar Denis kembali.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar